Hikmah Ramadan

Puasa Berdampak Hiperotomatisasi, Sebuah Konsep Mengotomatisasi Diri

Umumnya terminology hyper berkonotasi negatif, namun tidak bagi hyperautomation yang merujuk pada serba otomatis dampak teknologi mutakhir

Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Dok pribadi
Prof Dr Jusuf Irianto Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI Jawa Timur 

Prof Dr Jusuf Iriantoe

Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional

MUI Jawa Timur

 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM - Umumnya terminology hyper berkonotasi negatif. Sebagai misal, hiperaktif menunjukan sikap atau perilaku terlalu aktif sehingga sulit dikendalikan. Namun tidak bagi hyperautomation. Istilah ini merujuk pada kondisi serba otomatis sebagai dampak penggunaan teknologi mutakhir.

Hiperotomatisasi merujuk pada suatu konsep mengotomatisasi diri. Contohnya adalah proses bisnis organisasi yang dapat diotomatisasi. Dengan mengadopsi hiperotomatisasi, organisasi  bertujuan merampingkan proses di seluruh bisnis menggunakan berbagai teknologi.

Salah satu teknologi yang sangat populer digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia saat ini adalah kecerdasan buatan (AI). Selain itu juga ada robotic process automation, dan teknologi lainnya. Dengan teknologi, semua tujuan yang ditetapkan dapat diraih lebih mudah dan efektif.

Hiperotomatisasi sebetulnya merupakan suatu pendekatan muncul setelah organisasi menggunakan AI sebagai strategi untuk melakukan otomatisasi. Saat ini banyak organisasi baik oleh perusahaan maupun lembaga pemerintah mulai menerapkan strategi hiperotomatisasi.

Transformasi digital sebagai trend kini diwarnai oleh otomatisasi proses sehingga mampu menghasilkan produk berkualitas dan konsisten. Hiperotomasi berubah menjadi satu pilihan strategi peningkatan daya saing secara berkelanjutan sekaligus syarat utama untuk survival.

Puasa

Lantas, pelajaran apa yang dapat dipetik dari fenomena hiperotomasi bagi umat Islam tatkala kini sedang berpuasa dan menjalankan ibadah lainnya selama bulan Ramadan?

Tulisan ini bermaksud memberi makna tersirat bahwa semua ibadah selama Ramadan dan masa-masa sesudahnya dapat diibaratkan sebagai “teknologi”. Ibadah yang dilakukan bagai instrumen untuk mempermudah manusia beriman mencapai tujuan puasa, yakni agar bertaqwa.

Selama sebulan penuh umat Islam wajib berpuasa di bulan Ramadan. Selain puasa juga disunahkan sahur, salat tarawih, membaca atau tadabur Al-Qur'an, belajar semua ilmu, dan perintah lainnya yang sarat dengan values sebagai bekal kehidupan dunia maupun akhirat kelak.

Semua orang beriman mulai anak-anak hingga orang tua semangat dan ikhlas berduyun ke masjid atau surau melaksanakan sholat berjamaah. Malam hari membaca Al-Qur'an dan segera bersiap sahur seolah tanpa lelah dan otomatis tanpa rasa enggan atau malas.

Dalam konteks demikian, Ramadan adalah bulan yang tak sekadar dipenuhi rahmat, berkah, dan maghfirah; namun juga melatih orang beriman menjadi hiperotomatis melaksanakan berbagai ibadah penuh semangat tergambar dari suasana makmur di semua masjid/surau.

Bahkan di kantor, kampus, dan tempat-tempat aktifitas lainnya diwarnai dengan berbagai bentuk kegiatan Islami selama Ramadan. Karyawan, dosen, mahasiswa, dan semua entitas yang terlibat serempak melaksanakan salat Zuhur jemaah disertai pengajian dan kegiatan lainnya.

Semarak Ramadan juga muncul otomatis dengan berbagai kegiatan sosial. Ibu-ibu yang tergabung dalam Dharma Wanita di berbagai lembaga pemerintah atau ibu-ibu PKK di komunitas dengan semangat memberi santunan kepada pihak yang berhak menerimanya.

Betapa senang dan bahagia melihat aksi sosial selama bulan Ramadan. Semua otomatis terjadi. Semua tergerak otomatis beribadah khusus untuk diri sendiri dan bergerak bersama untuk kepentingan sosial. Tujuan bertakwa tampak lebih mudah dicapai di bulan Ramadan ini.

Tak ketinggalan pemerintah juga bergerak. Pemerintah memfasilitasi berbagai kegiatan  sosial yang berdampak secara sosial. Selain itu, juga dilaksanakan operasi pasar agar harga sembako stabil alias tak naik membuat senang ibu-ibu dalam menyiapkan hari raya Idhul Fitri.

Bulan suci Ramadan berdampak hiperotomasi. Ramadan pun sebagai sarana edukasi dan melatih diri harus dapat menjadi inspirasi setiap manusia beriman menjalani kehidupan di masa setelahnya. Kehidupan manusia diwarnai segala kebaikan, keberkahan, dan penuh rahmat Ilahiah.

Bagaimanakah menurut Anda? (*)

 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

Hikmah Ramadan : Hijrah Ekonomi

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved