Tradisi Lebaran Ketupat

Lebaran Ketupat, Warga Jember Gelar Tasyakuran Sederhana, Bertukar Kupat Lepet dan Sayur Santan

Belasan warga di RT 02 RW 03 Dusun Krajan Lor Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Jember, merayakan Lebaran Ketupat atau "Kupatan"

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Imam Nawawi
Warga di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Jember gelar tasyakuran sederhana rayakan Lebaran Ketupat 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Belasan warga di RT 02 RW 03 Dusun Krajan Lor Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Jember, merayakan Lebaran Ketupat atau "Kupatan" dengan menggelar tasyakuran sederhana di musala, Rabu (17/4/2024).

Kegiatan tersebut mereka lakukan, sebagai simbol berakhirnya safari Lebaran Idul Fitri 1445 Hijriyah, selama sepekan. Sehingga warga bisa kembali melakukan aktifitas seperti hari biasa.

Para warga datang di musala setempat sekira Pukul 06.00 WIB. Mereka membawa belasan ketupat, lepet dan juga lontong matang, yang ditaruh di aneka tempat.

Sebagai informasi, kupat atau ketupat merupakan makanan khas Jawa yang terbuat dari beras dan dimasukan di janur kuning berbentuk persegi kemudian direbus.

Sementara lepet, adalah makanan yang berasal beras ketan dimasukan di janur kuning dan kadang dibentuk lonjong atau persegi, kemudian direbus sedemikian rupa.

Selain ketupat, lepet, mereka juga membawa lontong, serta sayur pelengkapnya, yakni sayur lodeh alias sayur santan. Lantas semua makanan itu dikumpulkan di tengah musala di RT 02 RW 03 Dusun Krajan Lor Desa Sumberejo ini.

Setelah seluruh warga berkumpul, mereka pun duduk melingkar dengan posisi kaki bersila. Kemudian warga pun memanjatkan doa yang dipandu oleh tokoh masyarakat setempat.

Usai membacakan doa bersama, warga pun mengumpulkan sayur santan yang telah mereka bawa, untuk dimasukan dalam ember/panci besar untuk diaduk jadi satu.

Setelah seluruh kuah santan yang diaduk jadi satu merata, lalu mereka kembali membagikan makanan tersebut kepada para peserta di musala tersebut.

Sementara kupat, lepet dan lontong yang telah dibawa sebelumnya, dibagi secara acak ke semua orang.
Sekira Pukul 07.00 WIB, belasan warga itu membubarkan diri dan meninggalkan musala dengan membawa pulang kupat, lepet, lontong dan sayur santan yang telah mereka tukarkan.

Ahmad Munir, tokoh masyarakat setempat mengatakan kegiatan ini telah ada sejak 2010. Tujuannya untuk mempererat tali silaturahmi dan kerukunan antar tetangga.

"Dengan berkirim doa di musala milik almarhum Pak Abdul Jalal. Dan ini merupakan kegiatan tahunan setiap 7 Syawal untuk meningkatkan silaturahmi antar tetangga," ujarnya.

Menurutnya, sebelum tahun 2010 awalnya warga membagikan ketupat, lepet, lontong dan sayur santan itu dari rumah ke rumah. 

Namun seiring berjalannya waktu, kata dia, terdapat orang tua yang kesulitan melakukan itu dan kesehatan fisiknya tidak memungkinkan. Akhirnya disiasati dengan menggelar kegiatan tasyakuran sederhana di musala saja.

"Ada orang yang sudah tua, itu mengeluh kalau mengantarkan ke rumah terlalu berat. Akhirnya 17 warga ini sepakat untuk mengumpulkan kupat, lepet dan lontongnya itu di musala agar pembagiannya lebih mudah. Gak perlu keliling ke rumah rumah," ucap Ahmad.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved