Berita Banyuwangi
Masyarakat Dusun Mondoluko Gelar Tradisi Pencak Sumping saat Idul Adha
para pendekar, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, menunjukkan kelincahan dan ketangguhan dalam memperagakan jurus-jurus silat.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Banyuwangi - Warga Dusun Mondoluko, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menggelar acara tradisi pencak sumping, Senin (17/6/2024). Seni bela diri lokal itu digelar setiap hari raya Idul Adhal.
Dalam pentas itu, para pendekar, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, menunjukkan kelincahan dan ketangguhan dalam memperagakan jurus-jurus silat. Pentas diiringi alunan musik tradisional yang rancak.
Baca juga: Gelombang Transfer Sahabat Lionel Messi ke Inter Miami Terhambat, La Pulga Gigit Jari?
Bagi warga Mandoluko, pencak sumping merupakan warisan budaya yang sarat makna. Tradisi ini diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan representasi nilai-nilai luhur seperti keberanian, sportivitas, dan kebersamaan.
Selain itu, pencak sumping juga merupakan sarana menumbuhkan rasa persaudaraan dan gotong royong. Seluruh warga bahu membahu dalam mempersiapkan acara, mulai dari latihan para pendekar, dekorasi, hingga penyajian hidangan tradisional.
Salah satu pelestari pencak sumping, Rahayis mengungkapkan, nama sumping dalam pencak itu diambil dari jenis makanan ringan. Makanan tersebut dulunya digunakan sebagai suguhan mengiringi para pendekar saat berlatih.
"Sumping merupakan makanan tradisional yang terbuat dari pisang berbalut adonan tepung yang dikukus, di daerah lain dikenal dengan nama kue nagasari," kata Rahayis.
Baca juga: Potensi Alberto Rodriguez Bertahan di Persib Bandung, Warisan Luis Milla Bakal Perpanjang Kontrak
Saat ini, sumping menjadi suguhan kepada para tamu yang datang saat acara. Bahkan saat atraksi tanding dua pendekar silat, sumping juga digunakan untuk pengakuan kemenangan.
"Biasanya pendekar yang menang akan menyumpal mulut lawan yang kalah dengan kue sumping," imbuh Rahayis.
Upaya pelestarian Pencak Sumping tak hanya dilakukan oleh masyarakat Dusun Mondoluko. Berbagai pihak turut mendukung pelestarian tradisi itu.
Pemerintah daerah, komunitas budaya, dan budayawan turut ambil bagian dalam menjaga tradisi ini agar tetap hidup dan lestari.
Di tengah gempuran modernisasi, tradisi Pencak Sumping menjadi pengingat akan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Baca juga: Siaran RCTI! Link Live Stream Laga Grup E Euro 2024 Belgia vs Slovakia, Mulai Pukul 23.00 WIB
"Semangat gotong royong dan rasa persaudaraan yang terkandung dalam tradisi ini menjadi landasan penting bagi kemajuan desa dan masyarakatnya," ujarnya.
Tak hanya itu, dalam tradisi ini juga dihadiri Paguyuban Kampung Pencak Silat Kecamatan Glagah. Mereka menghadiri tradisi Pencak Sumping dari beberapa organisasi seperti Persaudaraan Setia Hati Terate, Persaudaraan Setia Hati Winongo, Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti, dan masih banyak perguruan yang lain.
(Aflahul Abidin/TribunJatimTimur.com)
Banyuwangi Pilot Project Digitalisasi Bansos, Luhut Minta Ipuk Bagikan Pengalaman ke Daerah Lain |
![]() |
---|
Bupati Ipuk dan Empat Menteri Finalisasi Pilot Project Penyempurnaan Digitalisasi Bansos |
![]() |
---|
CFD di Jalan Ahmad Yani Banyuwangi Makin Ramai, Lebih dari 370 Pelapak UMKM Antusias |
![]() |
---|
"Curhat Bu Ipuk" Program Dialog Warga Banyuwangi untuk Cari Solusi Masalah Sosial |
![]() |
---|
Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Banyuwangi Jangkau 44 Ribu Pelajar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.