Berita Probolinggo

Lima Faskes di Kabupaten Probolinggo Disiapkan Jadi Tempat Perawatan Pasien HIV/AIDS

Kelima fasilitas kesehatan yang disiapkan oleh Dinkes Kabupaten Probolinggo bagi pasien ODHIV di antaranya, RSU Wonolangan, RS Rizani.

Penulis: Ahsan Faradisi | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur/Ahsan Faradisi
Dinkes Kabupaten Probolinggo saat menggelar pertemuan di gedung Kantor Bupati Probolinggo membahas PDP ODHIV. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Probolinggo - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo mulai membahas persiapan lima fasilitas kesehatan yang akan jadi layanan perawatan dukungan pengobatan (PDP) Orang Dengan HIV/AIDS (ODHIV).

Baca juga: TNI, Polri, dan ASN di Kota Probolinggo Deklarasi Netralitas pada Pilkada 2024

Kelima fasilitas kesehatan yang disiapkan oleh Dinkes Kabupaten Probolinggo bagi pasien ODHIV di antaranya, RSU Wonolangan, RS Rizani serta tiga Puskesmas Pajarakan, Maron dan Sumberasih.

Terlebih, hingga September 2024 terdapat 277 ODHIV baru yang terdaftar dan 150 orang yang baru memulai pengobatan Antiretroviral (ARV) dan ditangani oleh Dinkes Kabupaten Probolinggo.

Baca juga: Ini Poin yang Dibutuhkan Timnas Indonesia untuk Finis 4 Besar Kualifikasi Piala Dunia 2026, Optimis?

Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo Hariawan Dwi Tamtomo melalui Pengelola Program HIV Adik Budi Waluyo mengatakan, secara umum kegiatan ini bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit HIV/AIDS.

"Secara khusus bertujuan sebagai pelayanan terintegrasi bagi ODHIV, terjalinnya kemitraan lintas sektor dan komunitas serta merumuskan strategi penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo," kata Adik, Rabu (16/10/2024).

Penyediaan akses perawatan dukungan pengobatan, lanjut Adik, yang lebih dekat dengan domisili ODHIV menjadi salah satu fokus utama. Sebab, memang untuk penanggulangan penyakit ini masih ada beberapa kendala.

Baca juga: Merasa Hak Merawat Kambing Tak Dipenuhi dan Justru Dianiaya, Pasutri di Jember Lapor Polisi

"Sementara masalah dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo, ketidakcukupan tatalaksana sesuai standar, belum ada penanganan yang optimal dalam diagnosis, paduan obat, pemantauan pengobatan serta pencatatan dan pelaporan menjadi salah satu penyebab belum berkurangnya jumlah kasus," ungkap Adik.

Oleh karena itu, menurut Adik, untuk mengatasi masalah ini, pentingnya pertemuan antar petugas layanan untuk mencari solusi terbaik bagi ODHIV yang berhenti pengobatan. 

"Kami perlu melaksanakan On The Job Training atau Refreshment Tatalaksana HIV bagi fasilitas kesehatan yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya. Dengan harapan, layanan ini bisa lebih berkembang dan menjangkau ODHIV dengan lebih baik," pungkasnya.

 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

 

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

 

(Ahsan Faradisi/TribunJatimTimur.com)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved