Berita Surabaya

Viral RSUD dr Soewandhie Dituduh Malapraktik Hingga Pasien Meninggal, Ini Kronologi Versi RS

Video yang beredar di sebuah platform sosial media tersebut menuding pihak RSUD dr Soewandhie membiarkan seorang pasien berusia 68 tahun.

Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur/Boby Koloway
Direktur Utama (Dirut) RSUD dr Mohamad Soewandhie, dr Billy Daniel Messakh saat memberikan penjelasan di Surabaya.  

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Surabaya - Sebuah unggahan video menarasikan RSUD dr Soewandhie Surabaya melakukan malapraktik terhadap seorang pasien. Atas tudingan tersebut, pihak direksi memberikan klarifikasi.

Video yang beredar di sebuah platform sosial media tersebut menuding pihak RSUD dr Soewandhie membiarkan seorang pasien berusia 68 tahun. Dalam video yang sama, pasien disebut meninggal dunia, Kamis malam (31/10/2024), hingga menimbulkan kericuhan.

Menjawab masalah tersebut, Direktur Utama (Dirut) RSUD dr Mohamad Soewandhie, dr Billy Daniel Messakh membeberkan kronologinya. "Tuduhan tersebut tidak benar. Sebab, tim medis yang merawat pasien sudah sesuai prosedur dan penanganan intensif," kata dr Billy. 

Awalnya, pasien tersebut dilarikan ke IGD dalam keadaan tidak sadarkan diri. Melihat kondisi tersebut, tenaga kesehatan IGD RSUD dr Soewandhie memberikan penanganan awal. 

Dari awal penanganan, pasien R diketahui mengalami kencing manis. Pasien perempuan tersebut hilang kesadaran. 

"Gula darahnya sangat tinggi. Karena komplikasi gula darahnya yang sangat tinggi itu, menyebabkan luka di kakinya, ada gangrene (jaringan mati akibat infeksi atau kurangnya aliran darah)," katanya.

"Yang menyebabkan harus amputasi, dan naik ke otaknya sehingga tidak sadar. Maka dari itu, kami stabilkan di IGD,” kata dr Billy. 

Dokter penanggungjawab lantas melakukan pengobatan dan pengecekan gula-darah terhadap pasien tersebut. "Gula-darahnya itu 335, ya itu tinggi, sangat tinggi," katanya.

"Setelah itu, dikasih obat kemudian turun menjadi 105 gula-darahnya. Nah, ini membantah tuduhan bahwa kita tidak ngapa-ngapain (melakukan penindakan) terhadap dia (pasien),” jelasnya. 

Namun, infeksi penyakit tersebut terlanjur menyebar ke seluruh tubuh pasien. Setelah melakukan pengobatan lebih lanjut, tim medis IGD melakukan proses terapi dan observasi hingga kondisi pasien membaik.

"Kondisi otaknya sudah permanen dan tidak bisa kembali lagi. Sehingga, keadaanya tidak bisa kembali pulih dan kesadarannya tidak bisa naik,” paparnya. 

Karena kondisi tersebut, pihaknya tak bisa merujuk ke RS lain atau memindahkan ke ruang rawat inap. Pasien lantas mendapatkan pengawasan ketat oleh tim medis. 

Baca juga: Kata Tetangga Soal Terduga Pelaku Penusukan Terhadap Ayah di Jember: Pejudi

Karena kondisi pasien menurun, tim medis menyampaikannya kepada pihak keluarga pada 31 Oktober 2024. Menerima informasi ini, pihak keluarga pasien justru naik pitam.

Pihak pasien menilai pihak RS tak memberikan pelayanan dengan baik. Tak berhenti di situ, pihak keluarga juga membawa massa dan melakukan protes ke ruang IGD. 

"Saat itu datang ke salah satu dokter kami. Kami pun menjelaskan karena memang kondisinya memburuk dan sudah sakit agak berat sehingga sulit untuk pulih kembali," katanya. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved