Lifestyle

Tren Boros Pakaian, Dosen PCU Bagikan Cara Hemat dan Ramah Lingkungan Daur Ulang Baju Lebaran

Dosen Petra Christian University membagikan konsep You Only Need One berkaitan dengan pakaian untuk merayakan Idulfitri, tanpa merusak lingkungan

Editor: Sri Wahyunik
Surya / Sulvi Sofiana
DOSEN PCU : Maria Nala Damayanti, S.Sn., M.Hum., dosen Program Textile and Fashion Design (DFT) Petra Christian University (PCU). Maria menyarankan masyarakat yang merayakan Idulfitri menetapkan konsep You Only Need One terhadap pakaian, untuk meminimalkan dampak buruk fesyen terhadap lingkungan. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, SURABAYALebaran selalu identik dengan tradisi membeli baju baru. Kebiasaan ini telah berlangsung sejak lama dan menjadi bagian dari perayaan Hari Raya di Indonesia. 

Namun, di balik kegembiraan menyambut Lebaran dengan busana baru, ada dampak lingkungan yang perlu diperhatikan.

Maria Nala Damayanti, dosen Program Textile and Fashion Design (DFT) Petra Christian University (PCU), mengungkapkan bahwa membeli baju baru saat Lebaran bukanlah hal yang salah. 

"Ini sudah menjadi bagian dari tradisi Idulfitri, banyak orang merasa perlu memperbarui tampilan mereka sebagai simbol pembaruan diri," ujarnya.

Meski demikian, kebiasaan ini dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak disikapi secara bijak. 

"Jika terus membeli pakaian baru setiap tahun, tumpukan pakaian yang jarang atau bahkan tidak terpakai akan semakin banyak. Pada akhirnya, sampah fesyen yang sulit didaur ulang akan terus bertambah," jelasnya.

Baca juga: Puncak Arus Mudik Lebaran 2025, PT KAI Daop 9 Jember Catat Lonjakan Penumpang

Menurutnya, sampah fesyen kini menjadi penyumbang limbah terbesar kedua setelah plastik. Banyak pakaian dibuat dari bahan murah yang sulit didaur ulang, sehingga memperparah masalah lingkungan

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih cermat dalam memilih pakaian, terutama menjelang Lebaran.

Konsep YONO (You Only Need One) hadir sebagai solusi untuk mengurangi dampak negatif fesyen

"Konsep ini mengajak kita untuk fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Dengan begitu, kita bisa mengurangi kebiasaan konsumtif yang berlebihan," jelasnya.

Alih-alih membeli baju baru, Maya menyarankan untuk memadupadankan pakaian lama yang masih bagus. 

"Mix and match itu mudah. Cukup dengan sedikit kreativitas, kita bisa menciptakan tampilan baru tanpa harus menambah sampah fesyen," katanya.

Salah satu contoh padu padan sederhana yang ia lakukan adalah mengombinasikan crop blazer formal dengan kain berwarna-warni serta bawahan rok ruffle putih di atas celana kain hitam.

Selain itu, Maya mengingatkan agar masyarakat tidak terjebak dengan tren fesyen yang bersifat sementara. 

"Banyak orang membeli pakaian hanya karena tren atau ingin eksis di media sosial. Padahal, tren tidak selalu cocok dengan gaya pribadi atau warna kulit kita," ujarnya.

Baca juga: Ribuan Warga Terjang Hujan Rayakan Tradisi Petolekoran di Gili Ketapang Probolinggo 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved