Kasus The Frontage Surabaya
Para Pembeli Apartemen Mewah The Frontage Surabaya Minta Uang Dikembalikan, Total Capai Rp 150 M
Pembangunan hunian vertikal yang dijanjikan tak kunjung terealisasi, bahkan kini lokasi pembangunan apertemen kini hanya ditumbuhi rumput liar.
Penulis: Faiq Nuraini | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Surabaya – Ratusan pembeli unit Apartemen The Frontage yang rencananya akan dibangun di Jalan Frontage Ahmad Yani, Surabaya, menuntut uang mereka dikembalikan setelah bertahun-tahun menunggu, pembangunan hunian vertikal yang dijanjikan tak kunjung terealisasi. Bahkan kini lokasi pembangunan apertemen kini hanya ditumbuhi rumput liar.
Puluhan korban dari berbagai daerah seperti Surabaya, Jakarta, Ambon, dan kota lainnya, mendatangi kantor kontraktor yang diduga terafiliasi dengan pengembang proyek tersebut. Mereka menuntut kejelasan dan pengembalian dana yang telah disetor, dengan total kerugian diperkirakan mencapai lebih dari Rp 150 miliar.
Apartemen The Frontage sempat menarik perhatian karena lokasinya yang strategis di pusat kota dan berdekatan dengan Jatim Expo. Saat peletakan batu pertama pada tahun 2014, acara ini bahkan dihadiri sejumlah pejabat, mulai dari tingkat daerah hingga pusat. Hal itu makin menambah kepercayaan publik.
Baca juga: SOSOK Arjuna Rizki Dwi, Anggota DPRD Surabaya Sindir Jan Hwa Diana Imbas Perseteruan dengan Armuji
Namun, janji serah terima unit yang seharusnya dilakukan tiga tahun setelah groundbreaking tak terpenuhi. Hingga 2025, tak ada satu pun bangunan berdiri di lokasi, justru terlihat fondasi awal dan lahan yang terbengkalai.
Para korban akhirnya mengadukan nasib mereka ke Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji. Setelah menerima laporan Wawali yang akrab disapa Cak Ji ikut mendampingi korban mendatangi kantor kontraktor di kawasan Dukuh Kupang Barat, Surabaya.
"Ada yang sudah lunas sampai Rp 920 juta, ada juga yang lunas Rp 450 juta. Tapi apartemen The Frontage cuma jadi alang-alang. Ini jelas penipuan. Uangnya harus dikembalikan ke warga!" tegas Armuji di hadapan pihak kontraktor.
Baca juga: Mahasiswa Ditemukan Tewas di Apartemen, Polisi Temukan Surat Wasiat
Salah satu korban, Hartinah, seorang pensiunan pegawai Bulog berusia 83 tahun asal Kedurus, Surabaya, menceritakan bagaimana ia menyerahkan seluruh tabungannya—yang dibantu oleh anak-anaknya—untuk membeli unit apartemen.
"Saya setor awal Rp700 juta, kemudian lunas jadi Rp 920 juta pada 2017. Tapi sampai sekarang tidak ada bangunan apa-apa. Tiga tahun janji, bohong. Tahun 2025 juga nihil. Saya sudah tidak bisa menangis lagi. Tolong jadikan apartemen atau kembalikan uang kami," ungkapnya dengan nada sedih.
Korban lain, Tio, datang dari Ambon. Ia juga telah melunasi sekitar Rp1 miliar untuk unit apartemen yang hingga kini tidak pernah terbangun.
Baca juga: Penyebab Kematian Mahasiswi di Apartemen Surabaya Diselidiki dari Hasil Visum
Banyak korban mengaku semakin percaya karena saat peluncuran proyek, beberapa tokoh publik dan bos media hadir. Namun kini, kepercayaan itu berujung pahit. Ketika diminta pertanggungjawaban, pengembang, PT Trikarya Graha Utama (TGU), sulit ditemui.
Dalam pertemuan tersebut, salah satu sosok yang sempat terlibat, Heri Budianto, menyatakan dirinya bukan lagi bagian dari manajemen TGU. “Saya memang dulu komisaris di TGU, tapi sekarang sudah tidak lagi terlibat,” ujarnya.
Manajemen saat ini disebut berada di tangan Setia Heri Budianto, yang merupakan pemilik PT TGU. Heri Budianto mengaku bersedia membantu warga menghubungi Setia Heri.
Melalui sambungan telepon yang dihubungkan oleh Cak Ji, Setia Heri menyampaikan kesediaannya untuk bertemu warga dan memberikan penjelasan. Namun, Cak Ji menegaskan warga tidak hanya menginginkan klarifikasi.
“Kami bukan mau dengar janji lagi. Kami butuh kepastian. Uang warga harus kembali,” tegasnya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.