Berita Lumajang

Kegelisahan Petani Tembakau Lumajang Ratapi Cuaca, Kerap Hujan Saat Musim Kemarau

Penulis: Erwin Wicaksono
Editor: Haorrahman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hujan mengguyur lahan pertanian tembakau di Kabupaten Lumajang.

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Lumajang - Petani tembakau di Kabupaten Lumajang sedang dirundung kegelisahan lantaran cuaca kerap turun hujan padahal sedang musim kemarau.

Bahkan hujan yang melanda Kabupaten Lumajang hingga membuat sejumlah lahan tembakau terendam banjir. Seperti halnya yang terjadi Desa Karanglo, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang,

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Lumajang, Dwi Wahyono menuturkan cuaca tak menentu kerap menjadi momok para petani terjerumus dalam gagal panen.

Pasalnya, tanaman tembakau sangat rentan terhadap debit air yang berlebih. Alhasil, curah hujan yang tinggi dapat memperbesar resiko gagal panen.

"Cuaca tak menentu ini yang jelas berdampak pada lebih dari 30 hektar lahan tembakau. Beberapa diantaranya sempat terendam banjir," ungkap Dwi.

Petani tembakau menantikan musim kemarau lantaran kondisi cuaca yang cerah dan minum hujan.

Baca juga: Jemaah Haji Mulai Padati Masjidil Haram Untuk Selesaikan Rukun Haji

Menghadapi anomali cuaca yang kerap muncul pada tahun ini membuat para petani hanya bisa pasrah.

Dwi menyebut gagal panen hampir pasti menggerus harapan petani mengembalikan modal biaya tanam dan perawatan..

"Para petani hanya bisa pasrah, kami berharap ada bantuan dari pemerintah, bantuan modal,” harapnya.

Rudi petani tembakau asal Desa Karanglo menuturkan jika luapan air mengenai tanaman tembakaunya yang masih berusia 2 bulan.

Padahal dirinya membayangkan akan bisa memetik hasil panen pada saat tanaman berusia 3 bulan. Rudi menanam tembakau di lahan seluas lebih dari 3 hektar.

Baca juga: Sinopsis dan Link Streaming Drakor High Society, Kisah Cinta Anak Konglomerat yang Keluar dari Rumah

"Ini karena terendam banjir jadinya layu semua. Air yang terlalu banyak membuat pertumbuhan batang dan akar menjadi tidak normal lagi," bebernya.

Rudi mengaku kaget dengan anomali cuaca yang kerap terjadi. Pasalnya, dari tahun ke tahun kedatangan musim selalu tepat, dan pada bulan Juli sepatutnya memasuki musim kemarau.

Kini ia mengaku terpaksa menunggu debit air menyusut sembari berharap musim kemarau benar-benar datang.

"Karena cuaca tidak menentu ini ya akhir-akhir ini. Makanya juga bingung. Tembakau ini tanaman yang belum tentu berhasil juga jika ditanam dengan hidroponik. Ya harus di lahan begitu. Jadi ya nunggu tanahnya kering," bebernya.

Halaman
12