TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Survei Kesehatan Indonesia (SKI) merilis balita berisiko stunting di Kabupaten Jember, berada di urutan nomor 4 tertinggi dari semua daerah di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2023.
Survei dari Kementerian Kesehatan RI ini mencacat prevalensi status gizi balita di Kabupaten Jember mencapai 29,7 persen, di antaranya stunting.
Jika dibandingkan status gizi di kabupaten tetangga masih terlampau jauh. Seperti di Banyuwangi misalnya, balita yang berisiko stunting mencapai 21,9 persen, dan Bondowoso mencapai 17 persen.
Wakil Bupati Jember Muhammad Balya Firjaun Barlaman mengatakan berdasarkan survei tersebut, menandakan balita berisiko stunting mulai turun.
Sebab di tahun sebelumnya, kata dia, balita berisiko stunting di Bumi Pandalungan Jember totalnya mencapai 34, 9 persen.
"Sekarang turun menjadi 29,7 persen, artinya turun 5,2 persen," ujarnya, Jumat (17/5/2024).
Menurutnya, jika diamanati data tersebut menandakan adanya penurunan kasus stunting yang cukup masuk akal. Sebab kalau terjadi penurunan drastis, pasti akan dicurigai aktivis kesehatan.
"Kalau terjadi penurunan drastis, kalau menurut teman-teman kesehatan itu menandakan penurunan yang tidak logis. Misalnya awalnya jumlahnya seribu, lalu turun dan tinggal seratus, kan gak logis," kata pria yang akrab disapa Gus Firjaun ini.
Mengingat, kata Gus Firjaun, usia anak agar bisa bebas stunting harus berumur dua tahun. Sementara kelahiran bayi, pasti waktunya tidak sama.
"Masak orang melahirkan bisa bareng. Nah jadi ini penurunan (stunting) yang lumayan bagus, kalau versi SKI," ucapnya.
Dia mengakui banyak kendala dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Jember. Sehingga diperlukan evaluasi terhadap beberapa program, seperti bantuan kolam lele, dan kandang ayam petelur.
"Karena banyak bantuan yang sudah terlaksana, tetapi output dan hasilnya masih belum maksimal. Seperti bantuan kandang untuk ayam petelur, itu ternyata tidak dilanjutkan oleh penerima manfaat sehingga mandek," ungkap Gus Firjaun.
Padahal, kata Gus Firjaun, program pemberian makanan terhadap ibu dan bayi melalui bantuan ternak ikal lele, dan kandang ayam petelur, telah dilakukan oleh pemerintah.
"Tetapi karena etos kerja (penerima manfaat) itu rendah. Jadinya banyak yang terbengkalai," ucapnya.
Sekadar informasi, Pemkab Jember mengalokasikan anggaran untuk percepatan penurunan stunting, totalnya mencapai Rp 341 Miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2023.
Duit ratusan miliar itu mengalir di enam Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Lingkungan Pemkab Jember.
Baca juga: Tolak Revisi UU Penyiaran, Jurnalis Blitar Raya Aksi Tabur Bunga di Depan Gedung DPRD Kota Blitar
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)