Beberapa gejala akibat bermain game secara berlebihan (over time) antara lain tangan tremor, mata merah, emosi tidak stabil, dan turunnya kemampuan berpikir saat berkompetisi.
“Kalau overtime, dampaknya bukan cuma fisik tapi juga psikologis,” tegasnya.
Untuk menghindari hal tersebut, para atlet di bawah naungan ESI hanya diizinkan bermain maksimal 5 jam per hari di akhir pekan, dan 3 jam saat hari sekolah, itu pun diselingi dengan jeda.
Baca juga: Viral Video Emak-emak Curi Sekarung Rokok di Toko Pasar Pujer Bondowoso
Firman juga mengingatkan game online di luar E-Sport banyak yang mengandung konten tidak layak, terutama jika dimainkan anak usia dini tanpa filter.
“Game-game yang tidak senonoh itu banyak. Orang tua harus benar-benar menyeleksi, terutama untuk anak usia dini,” ujarnya.
Ia menyarankan anak di bawah usia 13 tahun sebaiknya belum diperkenalkan pada game online, dan sebaiknya diarahkan untuk lebih banyak bermain di dunia nyata.
“Kadang yang jadi salah kaprah, anak usia dini dikasih handphone supaya diam. Ini yang harus diperbaiki,” tambahnya.
Baca juga: Viral Video Emak-emak Curi Sekarung Rokok di Toko Pasar Pujer Bondowoso
Tidak hanya membina para pemain agar bermain secara sehat dan terarah, tetapi juga memberi ruang edukasi kepada anak-anak dan orang tua.
ESI juga membuka peluang prestasi, termasuk pemberian beasiswa bagi atlet muda berprestasi.
“Sudah ada anak-anak yang meraih prestasi dan mendapatkan beasiswa dari E-Sport," tambahnya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)