Berita Jember

Legislator Partai Gerindra Pilih Tema Stunting untuk Acara Resesnya, Bentuk Penanganan Bersama

Stunting menjadi tema yang dipilih oleh anggota DPRD Jember dari Partai Gerindra untuk acara resesnya, sebagai bentuk penanganan bersama persoalan itu

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Imam Nawawi
Direktur RSD Balung Jember dr Nurullah memaparkan bahaya stunting di acara Reses DPRD Jember Fraksi Gerindra Adri Pujo Prabowo di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember Ardi Pujo Prabowo sengaja mengangkat isu stunting dalam kegiatan serap aspirasi (reses) masa persidangan pertama Tahun 2023.

Hal itu sengaja ia dilakukan. Mengingat, prevalensi balita stunting di Jember sebesar 34,9 persen. Prevalensi ini menempati rangking pertama di Jawa Timur berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Tampak, dalam kegiatan tersebut Legislator Fraksi Gerindra ini juga mengundang Direktur Rumah Sakit Daerah (RSD) Balung dr Nurullah untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat di Dusun Gumuksari Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji tentang bahaya stunting.

"Ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah, termasuk teman-teman media juga, untuk memberikan edukasi dan pemahaman bahwa angka stunting di Jember masih tinggi," ujar DPRD Jember Ardi Pujo Prabowo saat diwawancarai beberapa awak media, Kamis (9/2/2023)

Menurutnya, dasar pertama adanya dualisme data stunting dari Kemenkes dan Dinas Kesehatan Jember yang saling bertolak belakang. Sehingga sosialisasi kepada masyarakat sangat perlu.

"Perlu partai harus hadir, ormas juga hadir, dan seluruh elemen yang memiliki peran harus hadir. Makanya saya disini mengajak bu Direktur RSD Balung untuk bersinergi, minimal kami ada aksi," lanjut pria yang akrab disapa Ardi.

Memang sudah ada Satuan Petugas (Satgas) Percepatan Penurunan Stunting di Jember. Namun perlu penanganan dari lintas sektor pula.

"Yang memang khusus untuk menangani stunting, apalagi satu di antaranya penyebab stunting di Jember adalah pernikahan anak," katanya.

Oleh karena itu, Ardi menilai diperlukan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat secara langsung, agar tidak menikahkan anak.

"Jadi di usia belum matang tapi dipaksa oleh orang tua untuk dinikahkan. Jadi pencegahan stunting inilah, harus aktif peran kami, untuk memberikan edukasi kepada masyarakat itu," imbuh Legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) 4 pada Pemilihan Umum 2019.

Baca juga: PNM Target 17 Juta Nasabah Tahun 2023 Akibat Kenaikan Signifikan Selama Pandemi

Sementara itu, Direktur RSD Balung Jember dr Nurullah mengatakan persoalan stunting sudah menjadi perhatian pemerintah pusat. Sehingga untuk menanggulanginya diperlukan layanan kesehatan yang baik.

Di sisi lain, kata dia, juga diperlukan kesadaran dan perhatian dari warga, terhadap tumbuh kembang buah hatinya masing-masing. Jadi, ketika ada anak yang terlihat cebol untuk segera dibawa ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

"Maka dari itu masyarakat berperan aktif, kalau ada anak yang pendek dan berat badanya tidak baik-baik, monggo dibawa ke Puskesmas," katanya.

Nurullah menyebut balita yang dibawa ke Puskesmas, akan diperiksa oleh petugas, apakah Balita tersebut tergolong stunting atau tidak.

"Ketika stunting bayi tersebut, akan diintervensi dari Puskesmas, kalau kasus tersebut tidak bisa ditangani oleh Puskesmas, pastinya akan dirujuk ke rumah sakit," katanya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved