Berita Jember

Usia 22 Tahun, Danu Wijaya Pemuda Asal Jember ini Mantab Jadi Petani Milenial

Petani milenial, demikian pemuda asal Desa Kawangrejo, Kecamatan Mumbulsari, Jember itu disebut.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur.com/Sri Wahyunik
Danu Wijaya, petani muda berusia 22 tahun memilih menjadi petani edamame di Jember 

Danu mengakui tidak mudah menjadi petani. Tantangan alam kerap terjadi di depan mata.

Dia mencontohkan, di Tahun 2023, dia juga teman-temannya sesama mitra petani, harus menghadapi El Nino. El Nino panjang di Indonesia menyebabkan dia bisa disebut 'gagal panen' di Bulan April.

Baca juga: Final Supercoppa Italiana Napoli Vs Inter Milan: Prediksi, Head to Head, Link Live Streaming TVRI

"Ketika itu gagal panen. Karena musim tahun kemarin memang sulit, membingungkan petani. Akhirnya ya rugi biaya kopi, dan tenaga," ujarnya sambil tersenyum kecut.

Biaya kopi adalah istilah biaya makan dan minum yang dikeluarkan petani saat bekerja di sawah.

Beruntung dengan pendampingan pihak perusahaan, serta kerja kerasnya, gagal panen di Bulan April tertebus pada masa panen Bulan Agustus. Ketika itu, 7 hektare lahan di Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah, yang dia tanami edamame menghasilkan pendapatan hingga Rp 40 juta.

"Memang tertebus. Dan dari pengalaman itu, tentunya setelah dapat hasil yang menguntungkan, ada sejumlah hasil yang saya tabung. Jaga-jaga jika ada kejadian tidak menghasilkan lagi," imbuhnya.

Baca juga: Viral Momen Pernikahan di Tengah Genangan Banjir, Tamu Undangan Pakai Sampan untuk Hampiri Pengantin

Meski demikian, dia tidak kapok. Dia tetap memilih menjadi petani.

"Karena kalau dari sisi penghasilan ya jadi petani," tegasnya sambil tersenyum.

Sementara itu, General Manager Estate PT GMIT Margo Waluyo menambahkan, ada 53 orang petani mitra GMIT, termasuk Danu Wijaya.

Margo mengakui, GMIT banyak melirik petani muda alias milenial, selain non milenial. "Tentu saja, semuanya kami dampingi. Apalagi, kami juga mengembangkan sistem informasi teknologi pertanian di edamame  ini. Peluang untuk petani milenial memang sangat besar," ujar Margo.

Baca juga: Puan dan Sejumlah Tokoh Hadir Kampanye Akbar Ganjar Pranowo di Sidoarjo

Ketika ditanya tentang tantangan di budidaya edamame, senada dengan Danu, Margo mengakui faktor cuaca dan hama tentu menjadi tantangan tersendiri.

Seperti di Tahun 2023, mereka diharapkan pada El Nino yang menyebabkan berkurangnya air secara signifikan akibat panjangnya musim kemarau.

"Karenanya, kami memakai sejumlah terobosan. Untuk mengantisipasi El Nino ini, kami mengandalkan sumur-sumur. Dan untuk hama, kami kendalikan dengan berbagai cara, tergantung jenis hama apa yang menyerang," imbuhnya.

Ada penerapan mulsa jerami, untuk menjaga kelembaban tanah. Kemudian ada pemakaian trikoderma, juga pemasangan light trap.

Kerjasama antara perusahaan, dan petani itu tentunya diharapkan mampu memenuhi target produksi edamame. Mengingat, edamame dari Jember tidak hanya dipasarkan di pasar domestik, namun juga luar negeri, dengan syarat-syarat internasional yang terbilang ketat.

(Sri Wahyunik/TribunJatimTimur.com)

 

 

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved