Flu Singapura
Lima Bulan, 226 Balita di Jember Terpapar Flu Singapura
Ratusan pasien tersebut tidak ada yang sampai meninggal dunia. Sebab pada dasarnya flu Singapura tergolong penyakit bisa diobati.
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Dinas Kesehatan Kabupaten Jember mencatat 226 kasus pasien terpapar flu Singapura sejak Januari hingga Mei 2024.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dr. Rita Wahyuningsih mengatakan, rata-rata pasien yang terpapar virus tersebut adalah balita.
"Sampai minggu ini tercatat itu ada 226 kasus flu Singapura yang rata-rata terbanyak anak-anak usia satu hingga lima tahun," ujarnya, Senin (27/5/2024).
Menurutnya ratusan pasien tersebut tidak ada yang sampai meninggal dunia. Sebab pada dasarnya flu Singapura tergolong penyakit bisa diobati.
"Yang penting dapat perawatan dengan baik, dan deteksi dini serta segera dapat penanganan secara baik dan benar," kata dr Rita.
Baca juga: Jemaah Haji Diimbau Hormati Budaya Setempat Selama di Tanah Suci
dr Rita mengungkapkan peningkatan kasus flu ini mulai terjadi pada minggu ke-16 hingga minggu ke-20 tahun ini.
"Minggu sebelum-sebelumnya memang ada kasus, tapi tidak banyak antara dua hingga tiga dalam perminggu," ucapnya.
Dia menjelaskan penyebab flu Singapura itu, berasal dari virus yang menyerang rongga mulut dan biasanya bentuknya seperti sariawan.
"Kemudian juga menyerang di telapak tangan dan kaki. Biasanya ditandai dengan bintik bintik kemerahan seperti luka melepuh," urai dr Rita.
Bila gejala itu sudah muncul, dr Rita mengungkapkan hal tersebut akan membuat tubuh penderita panas dan gerah. Apalagi yang terpapar anak-anak pasti mereka rewel.
"Apalagi ada sariawan di rongga mulutnya, sehingga ada gangguan mulut saat makan. Bisanya seperti itu," ungkapnya.
Ia mengatakan anak-anak memang paling rentan terpapar Flu Singapura. Sebab mereka sering bermain di sembarangan tempat, tanpa memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan.
Baca juga: Selama Libur Panjang Waisak, Penumpang Kereta Api Daop 9 Jember Meningkat 8 Persen
"Karena anak-anak kan masih abai terhadap kebersihan diri dan lingkungan. Kalau penularan itu pasti karena virus itu menular, melalui cairan yang keluar dari bintik-bintik merah itu," ucapnya.
Namun kalau penderita flu tersebut mampu menjaga kebersihan diri, seperti rajin cuci tangan dan kaki. dr Rita menilai hal itu dapat mengurangi risiko penularan.
"Jadi penularannya tergantung pada kebersihan dirinya," tuturnya.
Baca juga: KPU Lumajang Sebar 615 PPS ke 205 Desa Selama Pilkada 2024
Sementara dalam pengobatan penyakit itu, kata dia, masih cukup mudah asalkan memang terdeteksi sejak dini dan cepat mendapatkan penanganan medis.
"Biasanya menunjukan infeksi. Jadi ada tata laksana dan nantinya akan diberikan antibiotik untuk mengurangi infeksinya itu," urainya.
dr Rita mengimbau kepada masyarakat untuk tidak perlu khawatir adanya Flu Singapura ini. Kata dia, yang terpenting adalah bisa menjaga kebersihan lingkungan.
"Karena biasanya yang terkena itu anak-anak, maka perlunya peran orang tua dan pengasuh untuk menjaga kebersihan lingkungan. Baik lingkungan rumah sendiri atau lingkungan tempat bermain," imbaunya.
Selain itu, kata dia, para orang tua juga harus menghindarkan buah hatinya agar tidak berkumpul dengan penderita Flu Singapura, agar tidak tertular virusnya.
"Terutama di daerah kota yang banyak tempat penitipan anak. Kadang-kadang orang tua tidak bisa kontrol, sehingga owner penitipan anak juga bertanggung jawab atas kebersihan sanitasi dan lingkungannya," imbuh dr Rita.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran di Whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(Imam Nawawi/TribunJatimTimur.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.