Berita Jember

Lulusan Perguruan Tinggi yang Menganggur di Jember Meningkat 

Pada Agustus 2024 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jember sebesar 3,23 persen alias 49.420 orang.

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur/Imam Nawawi
Foto ilustrasi: Wisuda Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Jember 2024. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tahun ini tren pengangguran terbuka bagi lulusan perguruan tinggi meningkat 2,92 persen di Jember.

Pada Agustus 2024 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jember sebesar 3,23 persen alias 49.420 orang. Angka tersebut menurun dibandingkan 2023 TPT sebesar 4,01 persen.

Puluhan ribu pengangguran tersebut, 7,24 persen di antaranya lulusan perguruan tinggi. Persentase ini meningkat 2,92 persen sebab pada 2023 berada di angka 4,32 persen.

Sementara pengangguran untuk lulusan SMK mengalami penurunan, dari 11,01 persen di 2023, tahun ini menjadi 7,62 persen. Begitu juga lulusan SMA sebelumnya 5,32 persen berubah menjadi 3,36 persen.

Baca juga: Hotel-hotel di Banyuwangi Gelar Event Khusus di Malam Tahun Baru

Pengangguran lulusan SMP, tahun lalu 5,17 persen sekarang berkurang menjadi 2,37 persen. Sementara pengangguran lulusan SD relatif sedikit naik, sebelumnya 1,92 persen kini menjadi 2,12 persen.

Kepala BPS Jember Tri Erwandi mengatakan, tren pengangguran tertinggi lulusan SMK dan perguruan tinggi. Namun bukan berarti mereka tidak bekerja.

"Mungkin mereka masih menunggu (pekerjaan), mungkin sedang ikut tes, atau sedang menunggu kesempatan menunjukan skill-nya," ujarnya, Rabu (11/12/2024).

Baca juga: LIVE iNews TV! Link Live Stream Malaysia Vs Timor Leste di Piala AFF 2024, Mulai Malam Ini

Menurutnya para lulusan perguruan tinggi dan SMK memiliki tantangan sendiri untuk bisa mendapatkan kerja sesuai bidang keahlian masing-masing.

"Penting kalau sudah punya ilmu, seperti mekanik buka usaha sendiri saja.Tetapi karakteristiknya seperti itu pengangguran dari pendidikan, tetapi itu bukan ini berlaku secara umum," ulas Tri.

Menanggapi hal tersebut, Ciplis Gema Qori'ah,Pakar Ekonomi Pembangunan Universitas Jember, menilai pengangguran terjadi karena spesifikasi kebutuhan tenaga kerja tidak sesuai dengan penawarannya. 

"Demikian halnya lulusan perguruan tinggi yang tidak terserap di pasar kerja. Hal itu disebabkan tidak bertemunya permintaan dan penawaran yang sepadan," tanggapnya.

Baca juga: Bolak-balik Terpeleset di Laga Tottenham Vs Chelsea, Marc Cucurella Sampai Buang Sepatu

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember ini mengatakan, bila kondisi tersebut terjadi berpotensi menurunkan daya beli, konsumsi, bahkan pertumbuhan ekonomi pun juga akan tersendat. 

"Kedua dampak ke depan bisa mendorong terjadinya arus pencarian kerja ke luar negeri. Jika mendapat pekerjaan di luar negeri maka sangat mungkin pekerja Indonesia yang berpindah warga negara. Seperti kasus tenaga kerja Indonesia bekerja di Singapura," ulas Ciplis.

Ciplis menilai tantangan lulusan perguruan tinggi saat ini, berada pada kemampuan mengimplementasikan ilmunya pada tempat kerja yang sesuai latar belakang program studinya.

"Ini perlu pengalaman dan soft skill yang cukup serta mensinergikan dengan pengguna tenaga kerja lulusan universitas. Hal ini bisa dilakukan melalui magang di lembaga yang sesuai dengan bidangnya, tujuannya untuk mengasah kompetensi yang dipunyai mahasiswa," Imbuhnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved