Efisiensi Anggaran

Efisiensi Anggaran, Arak-Arakan Tumpeng Lebaran Ketupat di Durenan Trenggalek Ditiadakan

Keputusan ini telah melalui proses musyawarah bersama, terutama dengan panitia penyelenggara Lebaran Ketupat.

Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur.com/Sofyan Chandra
DITIADAKAN - Tradisi Purak Tumpeng Ketupat di Lapangan Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek 2024 lalu. Tahun ini arak-arakan tumpeng ketupat ditiadakan karena terdampak efisiensi anggaran. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, TRENGGALEK – Tradisi arak-arakan tumpeng dalam perayaan Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, tahun ini ditiadakan. Keputusan ini diambil karena efisiensi anggaran yang berdampak pada pelaksanaan acara tahunan tersebut.

Kepala Desa Durenan, Imam Syafi'i, menjelaskan bahwa keputusan ini telah melalui proses musyawarah bersama, terutama dengan panitia penyelenggara Lebaran Ketupat.

"Dengan pertimbangan efisiensi anggaran dan kondisi ekonomi masyarakat yang masih lesu, maka tahun ini arak-arakan Lebaran Ketupat ditiadakan," ujar Imam Syafi'i, Minggu (6/4/2025).

Meski tanpa arak-arakan, Imam menegaskan bahwa inti dari perayaan Lebaran Ketupat tetap berjalan seperti biasa. Tradisi silaturahmi ke tokoh agama, pondok pesantren, serta sanak saudara tetap menjadi bagian utama dari perayaan.

Baca juga: Pemotor Tewas Diduga Korban Tabrak Lari di Bondowoso

"Sebenarnya, yang menjadi kegiatan sakral adalah silaturahmi warga ke ndalem (rumah) kiai dan gus-gus pondok pesantren," lanjutnya.

Selain itu, tradisi ketupat gratis juga tetap dilaksanakan di rumah-rumah warga sesuai kemampuan masing-masing. Biasanya, rumah para tokoh masyarakat dan tokoh agama akan menyediakan ketupat dalam jumlah lebih banyak.

"Kalau ndalemnya pondok ya lebih banyak lagi karena tamunya semakin banyak. Di rumah saya saja kami siapkan sekitar 250 porsi," kata Imam.

Baca juga: Ikuti Google Maps, Mobil BMW Terjun di Ujung Jalan Tol Krian-Gresik yang Belum Tersambung 

Ia menambahkan, tradisi arak-arakan tumpeng ketupat raksasa telah digelar sejak 2009, dan hanya sempat terhenti saat pandemi Covid-19. Setelah itu, tradisi ini kembali digelar hingga tahun 2024.

"Nah, tahun 2025 ini, karena kondisi ekonomi, panitia memutuskan untuk meniadakannya," ungkap Imam.

Salah satu warga Kecamatan Durenan, Jazuli, mengaku tidak mempermasalahkan ditiadakannya arak-arakan tumpeng.

"Menurut saya, arak-arakan hanya pelengkap agar suasana lebih meriah. Yang lebih utama adalah kita tetap bisa sowan bersilaturahmi ke ndalem ulama dan kiai," katanya.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(Sofyan Arif Chandra/TribunJatimTimur.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved