Berita Tulungagung

Tombak Kembali Sendiri dan Deretan Pusaka Langka, di Festival Budaya Spiritual Tulungagung

Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo memamerkan tiga pusaka miliknya sebuah tombak, cengkrong (sejenis keris lurus), dan sabit atau arit pusaka.

Penulis: David Yohanes | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur.com/David Yohanes
TOMBAK MILIK BUPATI: Tombak milik Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Budaya Spiritual ke-3, di Pendopo Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (10/7/2025). Selain tombak, bupati juga memamerkan sebuah cengkrong dan sabit. (Tribunmataraman.com / David Yohanes) 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Tulungagung – Puluhan senjata pusaka atau tosan aji dipamerkan dalam Festival Budaya Spiritual (FBS) yang digelar di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Kamis (10/7/2025). Koleksi langka, termasuk pusaka milik para pejabat tinggi negara dipamerkan dalam acara ini.

Ada keris milik Presiden Prabowo Subianto serta tiga bilah keris koleksi Menteri Kebudayaan Fadly Zon. Tak ketinggalan, Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo juga memamerkan tiga pusaka miliknya, sebuah tombak, cengkrong (sejenis keris lurus), dan sabit atau arit pusaka.

Satu pusaka yakni tombak milik Bupati Gatut Sunu yang sempat hilang selama bertahun-tahun sebelum akhirnya “kembali sendiri” ke tempat penyimpanannya.

Baca juga: BPK Pantau Progres Kapal Perang Buatan Indonesia Frigate Merah Putih di PT PAL

“Setelah dipamerkan di rumah Pak Syahri Mulyo (mantan Bupati Tulungagung), tombak itu hilang. Sudah saya cari ke mana-mana tidak ketemu. Bahkan saya sempat buat sayembara,” ujar Gatut Sunu.

Tombak tersebut sempat dilupakan hingga Gatut Sunu menjabat sebagai Wakil Bupati. Secara mengejutkan, pusaka itu kembali 20 hari sebelum masa jabatannya berakhir.

“Percaya atau tidak, terserah. Tapi tombak itu kembali lengkap dengan rangka dan kain morinya,” ungkapnya.

Baca juga: Lokasi Bangkai KMP Tunu Diperkirakan 3,6 Km dari Kabel Bawah Laut, PLN Pastikan Tidak Membahayakan

Eko Putranto, seorang empu (perajin senjata pusaka) asal Tulungagung, menyebut tombak tersebut berasal dari era Mataram Kartasura. Menurutnya, tombak ini memiliki pamor wos wutah atau "beras tumpah", namun pamor tersebut masih tersembunyi karena belum melalui proses pewarangan (penjernihan dan pemunculan motif pusaka).

“Nanti setelah pewarangan, pamornya akan terlihat jelas. Saya sudah diminta Pak Bupati untuk memprosesnya,” jelas Eko.

Selain tombak, Eko juga menjelaskan asal-usul cengkrong milik sang bupati. Senjata yang tampak seperti keris ini berasal dari masa Kerajaan Demak, periode setelah keruntuhan Majapahit. Berbeda dari keris biasa, cengkrong tidak memiliki luk (lekukan) dan antara bilah serta gagangnya menyatu.

Baca juga: Ada Keris Milik Presiden Prabowo di Festival Budaya Spiritual Tulungagung

“Biasanya cengkrong dipegang oleh tokoh penyebar ajaran, baik agama maupun ilmu pengetahuan. Di masa Kartasura, bentuk senjata ini banyak ditemukan, tapi ukurannya lebih besar,” kata Eko.

Sementara pusaka sabit yang juga dipamerkan ternyata bukan perkakas biasa. Meski bentuknya menyerupai arit petani, sabit ini memiliki pamor banyu mili atau "air mengalir", dan dibuat dengan teknik tempa lipat, proses yang hanya bisa dilakukan oleh empu sejati, bukan sekadar pandai besi.

“Ini bukan arit biasa. Teknik pembuatannya tempa lipat, jadi sangat mungkin ini dibuat untuk keperluan khusus yang sifatnya sakral, bukan untuk digunakan sehari-hari,” jelas Eko.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved