"Operasi Patuh Semeru 2024 kami laksanakan secara preemtif dan preventif, guna mewujudkan kepatuhan pada masyarakat mematuhi peraturan-peraturan tertib berlalu lintas. Sehingga harapannya dapat menekan faktor kecelakaan lalu lintas," kata Kasatlantas Polresta Sidoarjo Kompol Indra Budi, Sabtu (3/8/2024).
Prioritas dari pelaksanaan Operasi Patuh Semeru 2024 adalah pada anak-anak usia produktif. Selama operasi, polisi lebih mengedepankan upaya edukasi khususnya bagi para pelajar tentang budaya tertib berlalu lintas.
Targetnya ada 14 macam pelanggaran. Seperti tidak mematuhi marka jalan, berkendara menggunakan ponsel, berkendara tidak mengenakan helm SNI, mengemudi tidak mengenakan sabuk pengaman, berkendara dalam pengaruh alkohol, berkendara melebihi batas kecepatan, berkendara di bawah umur atau tidak memiliki SIM, berboncengan lebih dari satu, memasang rotator dan sirine tidak sesuai peruntukannya, menggunakan pelat nomor atau TNKB palsu dan parkir liar.
Dalam prosesnya, petugas melakukan penindakan menggunakan ETLE Statis, ETLE Mobile, dan tilang manual. Hasilnya, selama operasi berlangsung 14 hari, tilang dari Etle Statis sebanyak 1.757, Etle Mobile 184 pelanggaran, tilang manual 8.781, dan teguran sebanyak 12.198.
“Memang, masyarakat banyak yang kaget ketika diberlakukan kembali tilang manual. Wajar, karena sistem ini sudah agak lama tidak dipakai. Dan hal Itu juga tertuang dalam evaluasi kami setelah operasi patuh berakhir,” ujar Indra Budi.
Menurutnya, tilang manual sangat efektif untuk menjaga ketertiban lalu lintas. Untuk menekan pelanggaran, yang ujungnya bisa menekan angka kecelakaan. Karena mayoritas kecelakaan lalu lintas diawali dengan pelanggaran.
“Kami tidak memungkiri, jaman dulu ada oknum-oknum petugas yang nakal memanfaatkan tilang manual. Tapi itu terus kita perbaiki. Karena ketika dilakukan dengan baik dan benar, tilang manual sangat efektif mencegah terjadinya kecelakaan,” tandasnya.
Selama operasi patuh kemarin, pihaknya juga banyak memberi kelonggaran. Misalnya pengendara yang SIM-nya mati atau pajak kendaraannya telat, hanya ditegur atau diperingatkan. Tidak sampai ditilang.
Karena fokus utama dalam operasi ini adalah pelanggaran Kasat mata yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan. Seperti tidak memakai helm, kelengkapan kendaraan, melanggar marka, main hape saat berkendara, melawan arus, dan sebagainya.
Pihaknya berharap, ketertiban itu terus berlanjut setelah operasi selesai. Bahkan seterusnya meski tidak sedang ada operasi. Karena semakin kecil pelanggaran lalu lintas, semakin kecil pula potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran di Whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)