Berita Pasuruan
Oplos Pertamax dan Pertalite, Warga Pasuruan Ditangkap Polisi
Satreskrim Polres Pasuruan berhasil mengungkap kasus pemalsuan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite dan pertamax di wilayah Pasuruan.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Pasuruan - Satreskrim Polres Pasuruan berhasil mengungkap kasus pemalsuan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite dan pertamax di wilayah Pasuruan.
Dalam ungkap kasus ini, Korps Bhayangkara berhasil mengamankan empat orang yang diduga kuat terlibat. Tentunya, dengan peran dan tugasnya masing - masing
Tersangka pertama adalah Abdul Rosid (58), warga Purworejo. Dia adalah pemilik modal, sekaligus mastermind dalam tindak pidana pemalsuan BBM ini.
Selanjutnya, Hakim alias Zaki (43) warga Gadingrejo, yakni karyawan tersangka Abdul Rosid yang bertugas sebagai pengoplos atau pemalsuan BBM itu.
Dia bersama dengan rekannya, yakni JDR. Bersama JDR Zaki melakukan praktek pemalsuan BBM. Yang bersangkutan masih dalam pengejaran kepolisian.
Dua tersangka lainnya adalah Kadiono (46) warga Puspo dan Suwar (49) warga Tutur yang menjual dan mendistribusikan BBM palsu itu.
Kasatreskrim Polres Pasuruan AKP Farouk Ashadi Haiti mengatakan, pengungkapan kasus ini berdasarkan keluhan dari masyarakat.
“Banyak masyarakat yang mengeluhkan soal kualitas BBM yang dibeli mereka, akhirnya kami dalami dan tindaklanjuti,” katanya, Kamis (16/3/2023).
Dari hasil penyelidikan, pihaknya menemukan indikasi pelanggaran. Hingga akhirnya, penyidik berhasil mengamankan empat orang.
Baca juga: Gencarkan Sosialisasi Anti Kekerasan di Sekolah, Bupati Ipuk Turun Langsung Temui Pelajar
Kanit Tipidter Satreskrim Polres Pasuruan Iptu Vani Badra menambahkan, penangkapan dilakukan minggu lalu di wilayah Kecamatan Tutur.
Dia menyampaikan, ada kendaraan yang sedang mendistribusikan pertalite dan pertamax dalam kemasan jerigen di dalam kendaraan itu.
Kendaraan itu dikemudikan oleh Suwar dan kernetnya. Mereka sedang mengirimkan Pertalite dan Pertamax ke beberapa Pertamini.
Setelah dicek, ternyata ada sesuatu yang mencurigkan. Mulai dari bentuknya, warnanya dan baunya. Ia mengaku ada sesuatu yang tidak benar.
“Ternyata, tersangka Suwar mengakui kalau itu adalah campuran , bukan Pertalite dan Pertamax murni. Harganya lebih murah dan kondisi tidak sama,” jelasnya.
Menurut dia, tersangka Suwar menyebut mendapatkan Pertalite dan Pertamax dari tersangka Abdul Rosid yang gudangnya ada di kompleks mebel bukir.
Baca juga: Pemkab Jember Cicil Hutang Proyek Wastafel Covid-19 Sebesar Sebesar Rp 31 Miliar
Disebutkannya, informasi Suwar itu langsung ditindaklanjuti. Ia mengaku bersama jajaran langsung menggerebek gudang yang disebutkannya.
Di sana, polisi mengamankan tersangka Abdul Rosid dan pekerjanya, Zaki. Selain itu, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti di gudang itu.
“Sejumlah tong - tong besar yang diduga digunakan sebagai alat penyimpanan, tiner dan beberapa peralatan untuk pengoplosan Pertalite dan Pertamax,” urainya.
Saat proses penggeledahan, kata dia, Kadiono salah satu tersangka datang untuk membeli. Ia mengaku langsung mengamankan Kadiono karena dia tahu itu BBM oplosan.
“Tujuan pengoplosan atau pemalsuan BBM ini adalah untuk mendapatkan keuntungan lebih. Artinya, para tersangka ingin keuntungan besar,” sambungnya.
Modus yang digunakan, kata Kanit, tersangka Abdul Rosid diduga mendapatkan pertalite dan pertamax dari beberapa orang yang dibeli dari pom bensin resmi.
Setelah itu, kata Kanit, oleh tersangka Abdul Rosid, bahan itu diolah dan dioplos. Campurannya ada aftur, 10 persen, tiner 40 persen, dan pertalite 50 persen.
Baca juga: Sinopsis dan Link Streaming Drakor Delivery Man, Drama Sopir Taksi yang Angkut Penumpang Hantu
“Alat yang digunakan manual. Dicampur saja dalam tong. Setelah itu, untuk menyempurnakan pengoplosan ini, tersangka beri pewarna BBM yang sudah dioplos,” tuturnya.
Dari praktek culas ini, para tersangka utama mendapatkan keuntungan besar. Sebab, mereka jual pertalite oplosan dengan harga Rp 10.600 per liter.
Sementara untuk Pertamax oplosan, lanjut dia, dijual dengan harga Rp 12.000 per liter. Harga yang dipatok ini jauh lebih murah dibandingkan pasaran.
“Para tersangka ini sengaja menjual di daerah yang jauh dari Pom Bensin, seperti wilayah pegunungan, Tosari, Tutur, dan wilayah - wilayah lain,” paparnya.
Menurut Vani, sapaan akrab Kanit, di wilayah yang jangkauannya susah dan jauh dari pom bensin, harga pertalite dan pertamax sangat mahal.
“Untuk pertalite bisa Rp 13.000 per liter, pertamax bisa Rp 16.000 per liter. Ini kami masih dalami keuntungan yang didapat para tersangka,” tegasnya.
(Galih Lintartika/TribunJatimTimur.com)
Kabupaten Pasuruan Jadi Pelopor Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana |
![]() |
---|
Bupati Pasuruan Sedih Tiap Lihat Berkas Perceraian ASN, Minta Jaga Keharmonisan |
![]() |
---|
Reformasi Perpajakan dan Retribusi, DPRD Bersama Pemkab Pasuruan Menata Ulang Pendapatan Daerah |
![]() |
---|
Soal Sound System, Pemkab Pasuruan Terbitkan SE untuk Karnaval dan Hiburan Rakyat |
![]() |
---|
Harga Ayam Murah jadi Pemicu Konflik Pedagang di Pasar Bangil Pasuruan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.