Berita Jember

Mengenal Sosok Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo

Polisi kelahiran Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah ini dulunya bercita-cita ingin menjadi seorang tentara mengikuti jejak sang ayah.

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TribunJatim-Timur.com/Imam Nawawi
Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Sejak 17 Desember 2021 Kapolres Jember dijabat oleh AKBP Hery Purnomo.
Polisi kelahiran Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah ini dulunya bercita-cita ingin menjadi seorang tentara mengikuti jejak sang ayah.

"Dulu ingin jadi tentara, kemudian saat saya daftar AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Saat tes psikologi hasilnya ternyata mengarah untuk jadi polisi," ujar Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo saat ditemui diruang kerjanya, Senin (20/3/2023).

"Pada masa itu saya masih sangat awam dengan dunia polisi. Soalnya ayah saya juga seorang tentara, jadi saya banyak tahu dan kebetulan tinggalnya di asrama juga, jadi dunia tentara saya lebih tahu," imbuhnya.

meskipun dinyatakan tidak lolos jadi tentara, Hery mengaku menerima hasil tersebut dan memutuskan untuk mempelajari dunia kepolisian dengan mengikuti pendidikan AKABRI tahun 1998 hingga dinyatakan lulus pada 2001.

Selama lebih dari 20 tahun jadi bagian dari Aparat Penegak Hukum (APH), Hery mengaku sangat menikmati berkarier di kepolisian. Karena menjalani profesi ini banyak sekali hal baru yang sering ditemukan.

Baca juga: Diharapkan Dapat Memunculkan Sumber Air, Bumi Damai Semeru Ditanami Sukun

"Begitu masuk polisi ternyata asyik, saya bisa enjoy. Seperti di reserse banyak hal baru yang bisa saya dapatkan dan saya temui, sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman," kata Hery.

Selain banyak pengetahuan, Hery mengaku selalu bertemu orang baru dan teman baru. Baik dari internal Kepolisian maupun instansi lain, sehingga jaringan semakin bertambah.

"Dan semua itu bisa saya manfaatkan, saya gunakan untuk mendukung program kerja di Kepolisian," tutur mantan Penyidik Madya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini.

Bapak tiga anak ini menuturkan, seorang polisi yang bekerja di bidang reserse tidak cukup memiliki pengetahuan teoritis, tapi juga harus menguasai hal-hal yang sifatnya teknis dan taktis.

Baca juga: Sinopsis dan Link Streaming Drakor Run Into You, Cerita Dua Orang yang Kembali ke Masa Lalu

"Jadi harus menguasai hal teknis dan tektis untuk mengungkap sebuah perkara dan sering kali kami berhubungan dengan pihak eksternal, seperti perbankan, perusahaan komunikasi seperti telkom, serta beberapa pihak yang memiliki aplikasi digital, untuk mendukung penyidikan dan penindakan," ungkap Hery.

Hery menambahkan dalam menangani perkara korupsi juga berkomunikasi dengan para ahli keilmuan dari Perguruan Tinggi untuk mendukung pengungkapan kasus.

"Seperti tenaga ahli dari dosen-dosen ITB, terus ITS, kalau kami menangani kasus korupsi, kami kan butuh ahli bahasa, ahli kontruksi, ahli hukum dan lain sebagainya, ini kami juga bekerja sama dengan beberapa universitas ternama," kata suami Nur Fatimah ini.

Hal-hal semacam itulah, lanjut Hery yang mungkin tidak akan ditemukan di instansi lain. Mengingat, seorang polisi ini bekerjanya bersentuhan dengan masyarakat.

"Banyak teman itu sangat penting, karena polisi harus bisa membaca karakter berfikir masyarakat di wilayahnya, dan bisa memahami berbagai macam sudut pandang," jlentrehnya.

Baca juga: Lirik Lagu Kisah Cintaku yang Dibawakan Peterpan: Mengapa Terjadi Kepada Dirimu, Aku Tak Percaya

Setiap menangani daerah, Hery mengatakan pendekatan dan penyelesainnya juga berbeda pastinya. Maka dari itu, seorang polisi harus bisa memahami budaya masyarakat.

"Pendekatan-pendekatan secara budaya inilah lebih efektif dilakukan, ketimbang menggunakan sistem pemaksaan, karena penanganan perkara yang dipaksa justru akan lebih menyulitkan bagi penyidik," katanya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved