Berita Jember

KISAH Mahasiswi Kedokteran Unej Sempat 11 Kali Tidak Lolos Masuk PTN di Jawa

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unej menceritakan perjuangannya untuk bisa masuk ke Prodi itu setelah 11 kali menjalani tes masuk di beberapa kampus

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Imam Nawawi
Mustika Intan, Mahasiswi Kedokteran Unej yang sempat beberapa kali tidak lolos seleksi masuk Prodi Kedokteran PTN di Jawa 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Mustika Intan, Mahasiswi Universitas Jember (Unej), rupanya memiliki perjuangan panjang untuk bisa masuk di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran.

Gadis kelahiran Tahun 2003 ini sebelumnya sempat gagal lolos seleksi sebanyak 11 kali di Prodi Pendidikan Dokter, hampir di semua kampus negeri yang ada di Pulau Jawa.

Mahasiswi yang kini duduk di Semeter 4 Prodi Pendidikan Dokter Unej ini, sebelumnya tidak terpikirkan untuk daftar di kampus yang ada Jawa Timur bagian timur. 

Dia mengaku, awalnya hanya ingin kuliah di Prodi Pendidikan Dokter di kampus yang ada di Jawa Barat ataupun Jawa Tengah. Supaya dekat dengan tanah kelahirannya, Kota Bekasi.

"Fakultas kedokteran Unej awalnya bukan pilihan utama saya. Awalnya itu ingin kuliah kedokteran di Unpad atau UGM, tetapi karena belum rezeki di sana, jadinya tidak keterima," katanya.

Dia mengaku sudah mencoba semua jalur masuk di Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Padjajaran (Unpad), baik dari jalur Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) maupun Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021.

"Ada mungkin 11 kali tes. Karena memang beberapa universitas membuka pendaftaran sampai tiga kali dan itu saya cobain semua, termasuk daftar mandirinya," ujar Mustika Intan kepada wartawan TribunJatimTimur.com, Selasa (16/5/2023) saat ditemui di Kafe area Kantor DPRD Jember.

Intan mengaku sempat tes jalur mandiri di Unpad sebanyak dua kali. Namun tetap tidak lolos juga. Kemudian mencoba daftar di Universitas Brawijaya juga gagal.

"Termasuk di UNS, kayaknya hampir semua kampus di Jawa Barat dan Jawa Tengah, belum sampai di kampus Jawa Timur, kecuali kampus Brawijaya," katanya.

Namun saat membuka sosial media, kata Intan, rupanya Unej masih membuka pendaftaran jalur mandiri gelombang tiga. Akhirnya dari situlah mencoba registrasi.

"Dan cuma masukin skor UTBK, jadi tidak perlu ujian lagi. Jadi seleksinya tidak sampai tiga hari," paparnya.

Baca juga: KPU Kabupaten Lumajang Catat Belum Ada Bacaleg dari Kalangan Difabel

Dia mengaku bahagia bisa keterima di Fakultas Kedokteran Unej. Sebab dia merasa sempat frustasi dan putus asa. Bahkan sempat memasukan berkas pendaftaran di kampus swasta yang ada di Pulau Sumatra.

"Alhamdulillah buah dari perjuangan, karena waktu itu sempat hampir daftar di swasta juga. Bahkan saya pilihan kedua di Unej sempat ambil jurusan kebidanan. Yang penting masuk kampus negeri dulu," urai Intan sambil tersenyum.

"Tatapi ternyata yang masuk pilihan pertama di Unej dan bisa masuk jurusan Kedokteran," tuturnya.

Intan mengungkapkan kalah ambisinya masuk Prodi Kedokteran ini, untuk mewujudkan cita-cita yang sudah tertanam sejak kecil. Supaya bisa menjadi seorang dokter.

"Terus juga harapan orang tua, juga menginginkan anaknya bisa jadi dokter. Karena orang tua kan sempat juga gagal masuk Kedokteran. Sehingga beliau ingin salah satu anaknya ada yang jadi doker," katanya.

Saat diterima di kampus negeri ini, Intan mengaku mengisi Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) paling tinggi di Fakultas Kedokteran Unej sebesar Rp150 juta.

"Sementara Uang Kuliah Tunggal (UKT) dapat golongan yang paling tinggi, sebesar Rp 20 juta yang harus dibayar setiap semester," katanya.

Dari kegagalan masuk fakultas Perguruan tinggi di jalur mandiri, Intan menganalisa kebanyakan tergantung biaya SPI yang peserta beri terhadap kampus yang mereka tuju.

"Ada teman saya sama-sama daftar di perguruan tinggi negeri di Jawa Barat, dia itu bisa masuk, padahal skor UTBK di bawahnya saya. Cuma SPI yang mereka taruh sebesar Rp 900 juta, ada juga yang sampai Rp 2 miliar," katanya.

Baca juga: Kepastian Osvaldo Haay Merapat ke Persib Bandung, Bali United Gagal Dapatkan Penyerang Persija?

Intan juga mengungkapkan saat tes di fakultas kedokteran di kampus negeri yang ada di Yogyakarta, ada semacam calo yang menghubungi orang tuanya melalui pesan singkat WhatsApp.

Kata Intan, orang tersebut mengaku kenal dengan rektor di kampus tersebut. Bahkan oknum itu menjamin akan meloloskan tes masuk di fakultas kedokteran universitas ternama di Jawa Tengah.

"Tetapi itu waktu belum daftar di Unej. Saat itu dia ngaku punya kenalan rektor di kampus negeri di Yogyakarta, tetapi WA tersebut sama orang tua saya didiamkan tidak ditanggapi," katanya.

Kala itu, lanjut Intan, orang tersebut meminta orang tuanya bayar separo dulu. Setelah dinyatakan lolos baru bayar kekurangannya.

"Untuk besarnya tidak tahu saya, soalnya didiamkan. Karena takutnya sudah bayar setengah, ternyata tetap tidak masuk, kan rugi. Akhirnya dibiarkan lah,"imbuhnya.


 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

(Imam Nawawi/TribunJatimTimur.com)

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved