Penanganan Stunting 2023 di Jember
Perangi Kasus Stunting, Dexa Group dan BKKBN Beri Edukasi Ribuan Bidan di Jember
Perusahaan farmasi, pemerintah, juga bidan, bersatu padu memerangi stunting, satu di antaranya lewat pelatihan edukasi dan intervensi stunting
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Perusahaan Farmasi Dexa Group bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia menggelar program edukasi dan intervensi stunting kepada para bidan di Kabupaten Jember, Jumat (27/10/2023).
Hal tersebut dilakukan, untuk memastikan program strategi nasional target penurunan stunting 14 persen pada Tahun 2024 mendatang bisa tercapai.
Kegiatan yang berlangsung di Kampus Universitas dr Soebandi Jember ini, dihadiri 1.700 bidan di wilayah Sekar Kijang, meliputi Kabupaten Situbondo, Jember, Bondowoso, Banyuwangi dan Lumajang.
Kepala Dinas Kesehatan Jember, Hendro Soelistijono mengatakan, pada kegiatan ini para bidan akan dilatih cara memberikan intervensi terhadap balita selama seribu hari kehidupan.
"Dari mulai sejak sembilan bulan di kandungan, hingga balita umur dua tahun. Tentu pelatihan ini dimentori oleh narasumber yang kompeten, ada Profesor Reymond," ujarnya.
Menurutnya, edukasi hal ini sangat penting bagi para bidan. Sebab hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI0 Tahun 2022, prevalensi balita stunting di Jember mencapai 34,9 persen.
"Data tersebut memang memiliki perbedaan dengan hasil timbang dari Dinas Kesehatan Jember pada Februari 2023. Tapi kami sepakat, hasil SSGI akan dijadikan perencanaan kami untuk menuntaskan penurunan stunting di Jember," kata Hendro.
Hendro mengatakan hasil timbang Dinkes Jember pada Agustus 2023, dari sebanyak 6,3 persen balita stunting. Kata dia, data tersebut dihasilkan dari 98 populasi bayi yang ada di Jember.
"Dan kami telah bergerak cepat dengan mengerahkan Tim Percepatan Penurunan Stunting dari tingkat desa hingga Kecamatan, untuk mendampingi ibu hamil dan balita yang berisiko stunting," paparnya.
Sementara, Ketua Ikatan Bidan Indonesia Jawa Timur Lestari mengungkapkan, di Jember ini bukan hanya angka stunting saja tinggi, namun juga angka kematian ibu juga sangat meningkat.
"Saya sudah sering ke Jember. Tatapi tetap saja, karena faktor budaya di masyarakatnya. Padahal apa yang dilakukan oleh teman-teman bidan sudah sesuai standar prosedur operasional," katanya.
Baca juga: Turunkan Angka Stunting Lewat CSR dan Bantuan Makanan Bergizi Bagi Ibu Hamil
Menanggapi hal ini, Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN Republik Indonesia Dwi Listyawardani menambahkan pelatihan ini penting, karena bidan merupakan orang yang mendampingi ibu sejak awal kehamilannya.
"Jadi juga harus meningkatkan pemahaman kepada para ibu soal pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif harus ditingkatkan," katanya.
Selain itu, kata Dwi, bidan juga harus mendampingi ibu yang baru melahirkan. Karena biasanya mereka mudah kehilangan motivasi untuk menyusui bayinya.
"Jadi ada gangguan sedikit sudah tidak mau menyusui. Sehingga perlu dilakukan pendampingan, dengan memberikan motivasi yang kuat," paparnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.