Berita Situbondo

Sawahnya Rusak Akibat Tambang, Puluhan Warga  Minta Perlindungan Hukum Ke PCNU Situbondo

Warga Jatibanteng Situbondo yang sawahnya rusak terdampak penambangan, kini wadul dan minta perlindungan ke PCNU Situbondo

Penulis: Izi Hartono | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Izi Hartono
Ketua PCNU Situbondo KH Muhyiddin Khotib saat menemui puluhan warga Desa Sumber Anyar, Jatibanteng, yang terdampak penambangan 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, SITUBONDO - Setelah ngeluruk ke Kantor DPRD Situbondo, kali ini puluhan warga Desa Sumber Anyar, Kecamatan Jatibanteng, Kabupaten Situbondo, mendatangi kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Situbondo.

Kedatangan puluhan warga terdampak aktivitas tambang itu, tidak lain meminta dukungan dan perlindungan hukum terhadap pengurus dan LBH NU.

Pasalnya, akibat pertambangan puluhan hektar lahan pertanian milik warga banyak, rusak dan tidak dapat ditanami, karena kesulitan untuk mendapatkan air.

Para warga ditemui langsung ketua PCNU Situbondo KH Muhyiddin khotib di ruang pertemuan kantor PCNU Situbondo.

Bahkan dalam pertemuan tersebut, salah seorang perwakilan warga menangis saat menyampaikan aspirasinya.

Salah seorang perwakilan warga, Maryadi mengatakann, kedatangan warga ini untuk meminta perlindungan PCNU persoalan tambang yang masih berproses.

"Alhamdulillah, sudah ditemui dan mendapat respon dari ketua PCNU  KH Muhyiddin Khotib, "ujarnya.

Saat ditanya tanggapan apa yang diharapkan warga, kata tokoh masyarakat Desa Sumber Anyar ini mengatakan, berharap agar aktivitas tambang yang ada di desamya tidak beroperasi kembali.

Baca juga: VIRAL Swalayan di Tanjung Pinang Boikot Produk Israel, Ikuti Fatwa MUI, Turunkan Barang Pajangan

"Artinya semua masyarakat berharap agar apa yang menjadi hak dikembalikan dan utuh seperti semula, karena ini sudah berlangsung tiga tahun," katanya.

Menurutnya, aktivitas tambang mulai berlangsung sejak Tahun 2021 hingga sampai 2023 ini.

"Yang sampai jadi masalah, ya Tahun 2023 ini," ucapnya.

Dikatakan, yang menjadi dampak tambang itu, sebenarnya areal pertanian yang ada di pinggir sungai, akan tetapi juga berdampak   terhadap area pertanian atau sawah yang lain.

"Yang biasanya pengairan sawah lancar,  saat ini tidak lancar," tukasnya.

Pada Tahun 2022 lalu, para warga meminta agar pihak penambang berhenti.  Karena pengerukan yang dilakukan terlalu dalam.

"Apalagi tidak ada sosialisasi kepada masyarakat," katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved