Berita Viral
Viral Kisah Mantan Guru Honorer di Cianjur, Bangun Sekolah Gratis dari Hasil Jualan Sapu Ijuk
Viral kisah mantan guru honorer di Cianjur bernama Ahmad Jamaludin bangun sekolah gratis hasil dari jualan sapu ijuk.
TRIBUNJATIMTIMUR.COM - Sosok mantan guru honorer di Cianjur bernama Ahmad Jamaludin viral di media sosial.
Hal itu dikarenakan kisahnya yang terbilang inspiratif, yakni bangun sekolah gratis dari hasil menjual sapu ijuk.
Adapun sekolah yang dibangun mantan guru honorer di Cianjur yang viral tersebut adalah SMP IT Pancuh Tiluh.
Sekolah tersebut berlokasi di Kampung Karang Muda, Desa Jayagiri Sindangbarang, Cianjur.
Baca juga: Delapan Remaja Jadi Tersangka Kasus Pengeroyokan di Taman Sritanjung Banyuwangi
Sebelum membangun sekolah gratis, Ahmad Jamaludin sudah 10 tahun menjadi guru honorer.
Namun gaji yang ia terima selalu di jauh di bawah UMR daerah tempatnya mengajar sehingga Ahmad akhirnya memutuskan berhenti.
Ahmad Jamaludin akhirnya memutuskan merantau ke kota dengan kondisi perekonomiannya yang pas-pasan.
Keadaan ekonominya yang belum stabil justru memotivasi Ahmad untuk berkontribusi dalam pengembangan sistem pendidikan di desa asalnya.
Segala cara dilakukan, termasuk Ahmad pun mulai menjual sapu ijuk.
Usahanya pun membuahkan hasil baik, ia mendapatkan banyak pembeli dari berbagai daerah.
Rupanya, Pak Ahmad menyisihkan 4 ribu rupiah dari setiap penjualan sapu ijuk seharga 8 ribu.
Uang yang ia sisihkan itu ia gunakan untuk membangun sekolah gratis untuk anak-anak.
"Jadi, Pak Ahmad ini dengan 8 ribu rupiah, disisihkan 4 ribu itu membangun sekolah?" tanya Ferdi Hasan selaku pembawa acara, dilansir dari TribunTrends.com.
"Iya, membangun sekolah," jawab Pak Ahmad.
Keadaan ekonomi Ahmad Jamaludin lantas meningkat dan ia siap mendirikan sekolah gratis.
Lalu pada 2020, Ahmad Jamaludin membangun SMP IT Pancuh Tilu di Desa Jayagiri, Kabupaten Cianjur.
SMP IT Pancuh Tilu memiliki gedung sederhana dan biaya sekolah mengandalkan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang hanya bisa membayar 12 orang guru.
Bahkan untuk menunjang sekolah yang dibangunnya, ia juga mendonaturi sekolah ini sendiri tanpa bantuan pemerintah.
Ia juga menyediakan tempat tinggal untuk beberapa murid yang kurang mampu dan membiayai kebutuhan mereka sehari-hari.
"Untuk menunjang sekolah itu kita donaturi sendiri. Bahkan murid yang menginap, berasnya ditanggung saya sendiri," akunya.
Mimpinya untuk mewujudkaan sekolah gratis untuk anak yang kurang mampu pun tercapai.
"Alhamdulillah dari sapu ini bisa membangun sekolah SMP IT Pancuh Tilu meskipun sangat sederhana sekali," tutupnya.
Ajarkan Siswa Bikin Sapu Ijuk
Tak hanya diberikan pendidikan secara gratis, Ahmad juga memberikan kemampuannya dalam membuat sapu ijuk secara cuma-cuma.
Para murid sengaja diajarkan membuat sapu ijuk, agar mereka bisa membeli keperluan sekolah dan membantu ekonomi keluarganya.
Kala itu, Ahmad sedih melihat siswanya yang tidak melanjutkan pendidikan SMP karena terhambat biaya.
Kisah inspiratif Pak Ahmad ini pun langsung mencuri perhatian warganet. Tak sedikit dari mereka yang memuji aksi mantan guru honorer itu.
"Semoga sukses sahabat seperjuangan..saya tau bagai mana perjuang mu,,sukses terus BPk Ahmad Jamaludin," tulis @rach***aziz33.
"Yang kek gini mah di angkat pns tanpa tes pun pantas," tulis @rm***.h.
"Cocok ne jadi menteri pendidikan," tulis @rafria***hmad.
"Pak, ini bukanlah hal yang sederhana. Tetapi luar biasa. Orang yang mapan pun kadang-kadang tidak bisa melakukan seperti ini karena terlalu banyak pertimbangan. Pak, doa dari seluruh penjuru akan bergema untuk Anda."
Kisah Lain Guru Honorer Digaji Rp 300 Ribu, Padahal di Kwitansi Rp 9 Juta
Cerita nasib guru honorer juga sempat viral sebelumnya, guru pelajaran agama Kristen ini digaji Rp 300 ribu tiap bulannya, padahal di kwitansi tertulis Rp 9 juta.
Padahal meski berstatus honorer, guru tersebut masuk full dari pukul 6.30 WIB sampai 15.00 WIB selama lima hari dalam sepekan untuk mengajar para siswi beragama Kristen di sekolah itu.
Kasus ini pun terungkap saat Forum Guru Pendidikan Agama Kristen Indonesia (Forgupaki) melakukan audiensi ke DPRD DKI Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Yang membuat heran, guru itu mengaku telah menandatangani surat kwitansi bersama kepala sekolah mengenai upah dirinya selama mengajar.
Dalam kwitansi itu, tertulis nominal Rp 9 juta. Padahal ia hanya menerima upah Rp 300 ribu perbulan.
"Jadi informasi yang saya terima bahwa guru itu saat tanda tangan terlihat ada nominal upah senilai Rp 9 juta, tapi pas dia terima hanya Rp 300 ribu," kata Ketua Umum Forgupaki, Abraham Pellokila saat dihubungi, Jumat (24/11/2023).
Abraham mengatakan, guru honorer itu sempat memfoto kwitansi pembayaran yang ditandatanganinya.
Dalam kwitansi itu dituliskan upah senilai Rp 9.283.708 untuk upah bulan Juli-Agustus.
"Namun dia memang fotonya diam-diam, jadinya tidak terlihat full kwitansinya," kata Abraham.
Abraham mengatakan di Jakarta masih banyak guru honorer dalam organisasinya yang memang diupah sangat rendah.
Di beberapa SDN di Jakarta Selatan, juga ada guru honorer agama Kristen yang diupah Rp 500 ribu.
Menurut Abraham, nominal upah bagi para guru honorer memang merupakan kewenangan dari pihak kepala sekolah.
"Untuk ukuran hidup di Jakarta, Rp 300 ribu per bulan itu cukup untuk apa? tapi ya begitulah kenyataanya, gaji mereka suka-suka kepala sekolahnya saja," tutur Abraham.
Abraham menuturkan pihaknya sebenarnya sudah lama mengutarakan keluhan para guru honorer itu ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Namun selama itu pula, tak pernah ada hasil yang didapat.
Hal ini akhirnya membuat Forgupaki memutuskan untuk beraudiensi dengan Komisi E DPRD DKI yang menangani bidang pendidikan.
"Terpaksa kami naik ke Komisi E supaya kesejahteraan para guru honorer ini diperhatikan," kata Abraham.
Sebelumnya, Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan, Ima Mahdiah meminta Disdik untuk mengusut kasus yang dialami guru honorer agama Kristen di SDN Malaka Jaya 10.
Menurutnya, jika praktik semacam itu memang benar terjadi di SDN Malaka Jaya 10, maka kepala sekolah harus bertanggungjawab.
"Kepala sekolahnya harus diganti itu kalau kejadian kayak begini. Ga ada ampun lagi (kejadian) di SD Malaka Jaya 10," kata Ima dalam rapat.
Ima pun menyoroti penggunaan anggaran pada Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang digelontorkan cukup besar oleh Pemprov DKI tiap tahunnya jika upah guru honorer masih tidak layak.
Menurut Ima, para guru honorer bisa dibiayai oleh dana BOP atau BOS agar kehidupan mereka sejahtera.
"Ini harus diaudit nih (dana BOP dan BOS), jangan sampai nanti bahasanya ga ada uang, padahal uang miliaran yang diturunin untuk BOP BOS," kata Ima.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Purwosusilo irit bicara soal kepala sekolah di SDN Malaka Jaya 10 yang diduga menyunat gaji guru agama Kristen.
Ia hanya menyebut kasus ini masih didalami oleh Disdik.
“Kasusnya sedang ditangani,” ucapnya singkat, Jumat (24/11/2023).
Purwo enggan menjelaskan lebih jauh perihal penyelidikan yang tengah dilakukan Disdik DKI.
Ketika TribunJakarta.com coba kembali bertanya apakah pihak Disdik DKI sudah memanggil dan memeriksa kepala sekolah, Purwosusilo tak menjawab.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)
Polres Probolinggo Fasilitasi Penjemputan Nenek Nortaji, Anak Janji Merawat |
![]() |
---|
Nenek Nortaji Bertemu Tiga Anak Kandunya di Panti Jompo Malang |
![]() |
---|
Viral Video Anak Usir Ibu Kandung di Probolinggo, Pemerintah Desa Buka Suara |
![]() |
---|
Anak Diduga Telantarkan Ibu di Probolinggo, Sebut Enggan Merawat |
![]() |
---|
Toko Miras di Malang yang Dipromosikan King Abdi Diperiksa Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.