Berita Jember

Meski Beras Mahal, Ratusan Hektare Sawah di Jember Tidak Ditanami Padi Karena Kekeringan

Petani di Jember enggan menanam padi akibat kekeringan ekstrem, meski di tengah harga beras yang mahal

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Imam Nawawi
Sawah di Jember Selatan nganggur tanpa tananam meski sudah dibajak 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Persoalan harga beras mahal di Jember, belum tuntas. Namun di sisi lain,  petani malah gamang menanam padi. Kekeringan ekstrem menyebabkan keraguan petani di Jember menanam padi.

Kegamangan itu antara lain dirasakan oleh petani di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember.
Kegamangan itu menyebabkan lahan pertanian di desa itu menganggur sekitar tiga bulan.

Para petani sengaja membiarkan lahannya kosong dan nganggur, karena tidak ingin mengambil risiko gagal panen akibat kurangnya pengairan.

Sebagai gambaran, Desa Sumberejo, termasuk satu desa di sisi selatan Kabupaten Jember. Desa ini berbatasan dengan laut selatan, atau bisa disebut kawasan hilir.

Karenanya, ketika musim kemarau, ditambah lagi dampak El-nino menyebabkan kekeringan panjang, membuat saluran irigasi di kawasan tersebut kering.

Nampak, sebagian lahan di kawasan Rowogebang Desa Sumberejo, sebenarnya telah dibajak. Namun hingga ini, lahan itu belum ditanami komoditas apapun.

Pantauan di lapangan, seluruh saluran irigasi area persawahan di sepanjang alan penghubung Dusun Krajan Lor dan Dusun Sidomulyo Desa Sumberejo Ambulu Jember ini masih kering.

Selain itu, kanal besar di kawasan Rowogebang ini, setetes air pun juga tidak ada. Justru wadah penampung utama irigasi tersebut telah dihuni rumput liar.

Kondisi ini juga diperparah, dengan banyaknya sumur persawahan itu, sumber airnya telah menipis. Meskipun para petani telah mencoba menggali dan memperdalam sumurnya.

"Sebenarnya bisa di tanami (padi), tetapi sangat sulit. Tidak ada mata air, irigasi juga tidak ada," ujar Saihu Rohman, petani di Desa Sumberejo Ambulu.

Baca juga: Harga Beras Mahal, Pedagang Nasi di Situbondo Keluhkan Pendapatannya Berkurang

Menurutnya, kondisi tersebut baru tahun ini terjadi. Padahal sebelum, lahan tersebut jadi langganan banjir saat musim hujan.

Namun dampak kekeringan kali ini, sangatlah mengerikan. Kata dia, sampai membuat petani bingung untuk bercocok tanam. Karena sejak Januari hingga Februari 2024 sangat minim sekali hujan. 

"Tahun ini hujan sangat jarang sekali. Jadi petani sekarang memilih membiarkan lahannya untuk tidak ditanami, walaupun sudah dibajak, wong airnya juga tidak ada, jadi petani bingung," kata Saihu.

Meskipun petani memaksa menggunakan mesin pompa air, hal tersebut juga tidak memungkinkan. Sebab sumber di dalam sumur sangat kecil.

"Sumur yang bisa di pompa cuma satu satu, itu pun sember di dalamnya sangat kecil sekali. Apa cukup untuk mengairi sawah, yang jumlahnya ratusan petak ini?, gak cukup," urai Saihu.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved