Lipsus Ketahanan Pangan Jatim
Peternak Ayam Petelur di Jember Berharap Harga Telur Stabil Supaya Tak Gulung Tikar
Pengusaha ternak ayam petelur di Kabupaten Jember berusaha mempertahankan bisnisnya, terutama pasca terpaan pandemi Covid-19
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TRIBUNJATINTIMUR.COM, JEMBER - Peternak ayam petelur di Kabupaten Jember berusaha mempertahankan bisnisnya, terutama pasca terpaan pandemi Covid-19. Seperti yang dilakukan Abdur Rahman, peternak ayam petelur di Kelurahan Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Jember.
Abdur Rahman nyaris berada di ambang kebangkrutan akibat dihajar pandemi. Karenanya, dia memilih menjual ribuan Ekor ayam petelurnya, supaya bisa bertahan. Karena setelah pandemi, dia dihadapkan pada tingginya pakan ayam.
Pria berambut putih ini telah menjual 5.800an ekor ayam petelurnya tiga tahun lalu. Ini caranya menyiasati mahalnya harga pakan ternak.
Kini, peternak ini mempertahankan 1.100 an ekor ayam petelur. Dari lebih dari seribu ekor ayam itu menghasilkan 58 kilogram telur per hari.
Tribun Jatim Network, mencoba mengunjungi kediaman pengusaha ternak ayam petelur tersebut. Pria ini nampak masih sibuk menata telur yang akan dijual kepada konsumen langganannya.
"Saya membuka usaha ayam petelur itu sejak 2018 sampai sekarang. Awal mula saya membuka saya beli 150 ekor ayam petelur sekarang sudah 1.100 ekor," ujar kata Abdur Rahman, Selasa (29/10/2024).
Menurutnya, di awal pertama kali memulai usaha ini perkembangan bisnisnya saat lancar. Bahkan, dia mampu menambah jumlah ayam petelurnya mencapai 7.000 ekor hingga tahun 2020.
"Tetapi sekarang berkurang tinggal 1.100 ekor ayam petelur. Berkurangnya jumlah ayam telur peliharaan itu terjadi sejak pandemi Covid-19," kata pria yang akrab disapa Haji Abdur Rahman ini.
Setelah status pandemi dicabut, kata dia, harga pakan ternak melonjak tinggi tetapi harga telur di pasaran anjlok. Hal itu membuat usahanya makin babak belur.
Baca juga: Pedro Dias Tolak Hengkang? Sempat Panen Sorotan, Bek Asing Persija Telah Beri Kontribusi
"Akhirnya saya harus menjual beberapa ayam bahkan yang belum waktunya dijual pun, terpaksa harus saya jual juga. Supaya bisnis saya tetap bertahan," tuturnya.
Dia mengaku uang hasil penjualan ternak tersebut, digunakan untuk membeli pakan untuk ayam petelur yang masih tersisa. "Selain buat pakan ayamnya, sebagian juga untuk pakan orangnya," imbuhnya.
Sebelum pandemi, dia mengaku mempekerjakan sebanyak lima orang pegawai untuk mengurus 7.000 ekor ayam petelur.
Namun setelah pandemi, ia mengaku hanya mempekerjakan satu orang karyawan saja. Sebab ternak ayam petelurnya hanya tersisa 1.100 ekor.
Abdur Rahman mengungkapkan, saat ayam petelurnya masih 7.000 ekor, dia bisa meraup keuntungan antara Rp 20 juta - Rp 30 juta sebulan. Namun kini, pendapatan itu turun drastis di angka antara Rp 5 juta - Rp 6 juta per bulan.
Lebih lanjut, dia mengakui, jika pemerintah sempat memberikan bantuan pakan ternak harga subsidi, tetapi dia tidak bisa mendapatkannya.
Jaga Pasokan, Pemkab Lumajang Targetkan Penanaman Bawang Merah Capai 30 Hektar per Tahun |
![]() |
---|
DPRD Lumajang Ajak Pemkab Perhatikan Kesejahteraan Petani untuk Jaga Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Pj Bupati Dorong Produk Pisang asal Lumajang Tembus Pasar Ekspor |
![]() |
---|
Pemkab Lumajang Fokus Pembenahan Infrastruktur Pendukung Lahan Pertanian Demi Jaga Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Cikal Bakal Pertanian Organik di Bondowoso, Berawal dari Sulitnya Pupuk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.