Berita Pasuruan

Oplos Pertamax dan Pertalite, Warga Pasuruan Ditangkap Polisi

Satreskrim Polres Pasuruan berhasil mengungkap kasus pemalsuan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite dan pertamax di wilayah Pasuruan.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur.com/galih lintartika
Satreskrim Polres Pasuruan saat menunjukkan barang bukti yang berhasil diamankan. 

Disebutkannya, informasi Suwar itu langsung ditindaklanjuti. Ia mengaku bersama jajaran langsung menggerebek gudang yang disebutkannya.

Di sana, polisi mengamankan tersangka Abdul Rosid dan pekerjanya, Zaki. Selain itu, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti di gudang itu.

“Sejumlah tong - tong besar yang diduga digunakan sebagai alat penyimpanan, tiner dan beberapa peralatan untuk pengoplosan Pertalite dan Pertamax,” urainya.

Saat proses penggeledahan, kata dia, Kadiono salah satu tersangka datang untuk membeli. Ia mengaku langsung mengamankan Kadiono karena dia tahu itu BBM oplosan.

“Tujuan pengoplosan atau pemalsuan BBM ini adalah untuk mendapatkan keuntungan lebih. Artinya, para tersangka ingin keuntungan besar,” sambungnya.

Modus yang digunakan, kata Kanit, tersangka Abdul Rosid diduga mendapatkan pertalite dan pertamax dari beberapa orang yang dibeli dari pom bensin resmi.

Setelah itu, kata Kanit, oleh tersangka Abdul Rosid, bahan itu diolah dan dioplos. Campurannya ada aftur, 10 persen, tiner 40 persen, dan pertalite 50 persen.

Baca juga: Sinopsis dan Link Streaming Drakor Delivery Man, Drama Sopir Taksi yang Angkut Penumpang Hantu

“Alat yang digunakan manual. Dicampur saja dalam tong. Setelah itu, untuk menyempurnakan pengoplosan ini, tersangka beri pewarna BBM yang sudah dioplos,” tuturnya.

Dari praktek culas ini, para tersangka utama mendapatkan keuntungan besar. Sebab, mereka jual pertalite oplosan dengan harga Rp 10.600 per liter.

Sementara untuk Pertamax oplosan, lanjut dia, dijual dengan harga Rp 12.000 per liter. Harga yang dipatok ini jauh lebih murah dibandingkan pasaran.

“Para tersangka ini sengaja menjual di daerah yang jauh dari Pom Bensin, seperti wilayah pegunungan, Tosari, Tutur, dan wilayah - wilayah lain,” paparnya.

Menurut Vani, sapaan akrab Kanit, di wilayah yang jangkauannya susah dan jauh dari pom bensin, harga pertalite dan pertamax sangat mahal.

“Untuk pertalite bisa Rp 13.000 per liter, pertamax bisa Rp 16.000 per liter. Ini kami masih dalami keuntungan yang didapat para tersangka,” tegasnya.

(Galih Lintartika/TribunJatimTimur.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved