Mahasiswa Unej Meninggal

Sebelum Tewas di Gunung Argopuro, Mahasiswi Universitas Jember Diberi Sereal dan Air Gula 

Panitia pendidikan dan pelatihan dasar (Diklatsar) Mahasiswa Divisi Pecinta Alam Fakultas Teknik Universitas Jember membeberkan kematian Maba

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Imam Nawawi
Dekan Fakultas Teknik Unej dan Pengurus UKM Pecinta alam Jumpa pers atas tewasnya mahasiswi di Lereng Gunung Argopuro 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER -Panitia pendidikan dan pelatihan dasar (Diklatsar) Mahasiswa Divisi Pecinta Alam (Mahadipa) Fakultas Teknik Universitas Jember membeberkan kematian Nadhifa Naya Damayanti (18).

Seperti diberitakan sebelumnya, mahasiswa baru angkatan 2023 itu meninggal dunia saat mengikuti Diklatsar di Lereng Gunung Argopuro Petak 64 C Hutan Lindung Perhutani di wilayah Kecamatan Arjasa, Jember.

Ketua Umum Mahadipa Fakultas Teknik Unej Alung Kiromul Risqi mengatakan, pada Jumat  (10/11/2023) siang, Nadhifa  mengalami kelelahan karena naik gunung. Sehingga saat itu, panitia langsung memberikan pertolongan pertama.

"Untuk pertolongan pertama yang kami berikan, berupa pembuatan bivak atau tempat berlindung. Kemudian kami buatkan api sebagai penghangat. Dan kami berikan sereal dan air gula. Tapi kemudian malam harinya, drop kembali," ujarnya saat rilis di Fakultas Teknik Universitas Jember, Senin (13/11/2023).

Alung mengakui tidak segera menghubungi Basarnas ketika korban kritis pertama. Sebab pertimbangan panitia saat itu, sudah menjelang petang. Sementara medan Lereng Gunung Argopuro sangat ekstrem.

"Kami bukan menolak, kami lebih mengantisipasi. Karena kami menghubungi pihak Basarnas itu sore menjelang maghrib, dan baru ada respons maghrib ke malam. kemudian posisi dari dropnya peserta bener-benar di atas perbukitan," ungkapnya.

Menurutnya, kalau saat memaksakan dilakukan evakuasi saat korban kritis pertama, panitia khawatir hal itu dapat membuat kondisi mahasiswi asal Balikpanan tersebut makin parah.

"Kami (khawatir) nanti adanya kecelakaan yang lebih. Karena medan yang curam dan hanya bisa dilalui satu orang. Jadi kami melakukan evakuasi menggunakan tandu,  tidak bisa berjalan normal," imbuh Alung.

Baca juga: Polisi Berhasil Ungkap Identitas Perempuan Jember Tewas dengan Luka di Leher

Namun ketika Nadhifa mengalami masa kritis yang kedua saat Sabtu (11/11/2023) sekira Pukul 01.30 WIB, Alung mengaku harus menghubungi Basarnas lagi untuk evakuasi.

"Ketika peserta mulai drop kembali. Kemudian juga langsung jalankan evakuasi, dropnya itu sudah bener-benar nafasnya mulai menipis. Dan denyut nadinya mulai melemah. Jadi kami langsung minta untuk evakuasi dari panitia dan minta bantuan dari SAR OPA," paparnya.

Dia mengatakan sebelum kegiatan sebenarnya panitia telah memberi beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta, khususnya riwayat penyakit.

"Entah itu penyakit yang diderita atau bawaan yang sedang dialami. Ataupun penyakit yang berpotensi kambuh kembali," ujarnya.

Menurutnya, Nadhifa tidak mencantumkan riwayat penyakit dalam form pendaftaran. Bahkan dia mencantumkan surat keterangan sehat.

"Kemudian juga sebelum H-1, kami juga memberikan arahan dari peserta harus memberikan surat keterangan sehat. Entah itu berupa surat keterangan dari puskesmas atau apapun itu yang menjelaskan bahwa kondisi badan dari peserta normal atau sehat," kata Alung.

Salama Diklatsar berlangsung, kata Alung, memang tidak ada petugas medis yang mendampingi. Tetapi panitia, sudah menyiapkan obat-obatan jika dibutuhkan. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved